07/03/2013

The Beginning


Nak, izinkan aku menceritakan suatu kisah.. kisah yang sangat sederhana, dan bagi kebanyakan orang mungkin dianggap kisah yang biasa. namun bagi para tokoh didalamnya..kisah ini teramat pahit rasanya.
Dahulu kala ada sepasang suami istri, bahtera rumah tangga yang dijalaninya masihlah sangat muda. jangkar barulah diangkat, kapal barulah berangkat. satu2nya yang mereka nantikan adalah, kehadiran seorang anak. sebulan, dua bulan, di penantian bulan yang ketiga tibalah berita yang sangat menggembirakan bagi keduanya, berita bahwa sang istri tengah mengandung. sang janin yang dinanti2. anak pertama yang didamba2.
Tidaklah ada keanehan selama 9 bulan ia mengandung. semua berjalan secara normal. hanya saja sang dokter tempat ia memeriksakan kandungannya menyarankan agar sang bayi dilahirkan di rumah sakit saja. Sang istri kaget, dan merasa takut, ia sering mendengar orang2 yang melahirkan di rumah sakit kotanya mendapatkan ketidaknyamanan dalam pelayanan dan akibatnya bagi para bayi yang dilahirkan, lalu mereka dipertemukan dengan seorang bidan yang tak lain memiliki kaitan persaudaraan dengan sang istri. Bidan tersebut meyakinkan kalau ia tak haruslah ke rumah sakit, dan kalaupun harus, bidan tersebut memiliki kendaraan yang siap mengantarkannya ke rumah sakit kapan saja saat diperlukan. Jadilah sang istri memutuskan untuk melahirkan disana.

Hingga tiba hari yang dinanti, sang anak lahir.. dengan air ketuban pecah terlebih dahulu.. mengagetkan semua orang. Neneknya menangis, Uwaknya menangis.. Sementara ayahnya..hanya bisa terdiam. Mencoba terlihat kuat di mata sang istri, mencoba berdiri tegar demi sang istri..padahal hatinya remuk seketika.. melihat sang bayi yang dinanti.. sang anak yang didamba2.. lahir dengan seluruh tubuh pucat, lemas tak bergerak, dan tak ada suara sedikitpun. Sang bidan panik bukan kepalang. memeriksa detak jantungnya, "ada..masih ada.." ujarnya dengan keringat deras di wajah. Ia lalu berulang kali menepuk2 telapak kaki sang bayi, memasukan selang ke lubang hidung bayi lalu menghisapnya.. berulang-ulang..
Waktu seakan terhenti.. semua yang hadir terdiam kaku.. "bi, ade kenapa?" tanya sang istri pada suaminya. Yang ditanya lalu menjawab tanpa menoleh.."ga apa2..sedang.. ditangani" jawabnya.
Lima menit.. sepuluh menit.. kira2 setengah jam kemudian barulah sang bayi menangis dengan suara tertahan.. Semua orang merasa lega.. semua orang, kecuali sang bayi itu sendiri.

Semalaman sang bayi terus menangis tertahan, dan tak bisa tidur, seperti masih ada yang mengganjal. Bidan lalu memberi obat, entah obat apa.. sang bayipun tertidur sebentar. Pagi harinya, ia menangis lagi..masih dengan suara yang tertahan. Sang bayi lalu diputuskan untuk dibawa ke klinik, berselimut tebal, digendong oleh sang nenek, dibawa ayahnya dengan..sepeda motor.
Sampai di klinik, sebelum diberi tindakan, sang ayah dimintai uang terlebih dahulu. marahlah ia kala itu. Dengan suara yang kasar ia membentak pegawai klinik "TANGANI DULU !! baru bicara masalah uang !!". Sang bayipun lalu ditangani disana.

Sehari.. dua hari.. tiga hari sudah sang bayi tidak diberi ASI, hanya mengandalkan infus yang melekat di tangan mungilnya. Tidak ada perkembangan..itu kenyataan yang harus diterima.. Ikhtiarpun berlanjut, sang bayi diputuskan untuk dibawa ke rumah sakit di luar kota.

Tak lama setelah masuk UGD, sang bayi langsung dibawa ke ruang khusus HCU. Didalam sebuah kotak kaca, dengan selang dan kabel dipasang hampir di seluruh tubuhnya, dengan monitor yang setiap saat berbunyi.. sang bayi tergolek lemah.
Ayahnyapun dipanggil untuk berbicara dengan dokter. Sembari menatap sang bayi, ia mendapat penjelasan menyakitkan dari dokter. Sang bayi divonis keracunan air ketuban, radang pada paru, dan detak jantung dibawah rata2.. menangis hati sang ayah mendengarnya.. sedih bukan kepalang. Semua kesakitan, semua ujian yang pernah ia terima selama ini tidaklah lebih menyakitkan..tidaklah lebih berat dari ujian yang sekarang ia hadapi. Matanya menangis setiap selesai shalat. Hatinya menangis setiap ia menunggui anaknya diluar ruangan. Bahkan ketika seorang sesepuh keluarga datang menjenguk, lalu berbicara tentang sabar, ikhlas, dan mencontohkannya pada seseorang yang tidak menangis ketika ditinggal mati sang suami. Gemeretak gigi ayah sang bayi kala itu, matanya nanar, marah yang ditahan.. "ini juga sedang diobati, sedang diusahakan, jangan kau bicara tentang kematian.!!" geram hatinya.

Seminggu berlalu.. sang bayi masih bertahan di ruangan khusus tersebut. ayahnya masih melamun di luar ruangan, karena keluarga tidak diperbolehkan menunggu didalam. dengan memeluk lututnya, dengan kepala yang tertunduk dalam.. ia teringat cerita tentang 3 orang yang terjebak didalam gua, dan bisa keluar dengan menyebutkan satu amalnya masing2.
Ia lalu berbisik dalam hati, memanggil Sang Pencipta jagat raya. Sang Penguasa alam semesta. Yang Maha Menghidupkan dan Mematikan.. Lalu berbisik pelan.. "jika kisah itu benar adanya, izinkan aku menukarkan semua kebaikan yang telah kulakukan selama ini, dengan sebuah kesembuhan anakku..".
Sang Maha Pencipta memang benar2 Penyayang.. Tak pernah Dia biarkan seseorang berdo'a, melainkan akan mengabulkannya. Dialah Yang Memberi Keajaiban. Yang Mengubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dialah Allah..

Anakku, Kau mungkin tak akan menyangka.. sang bayi mungil yang tergolek lemas dulu, kini tengah tampil di panggung, menggigiti jarinya sementara temannya yang lain melakukan gerakan joget bersama. Sang bayi yang berada di kotak kaca dulu, kini tengah berlenggak lenggok dan melompat2 bersama teman2nya di sekolah, mengikuti instruksi gurunya. Dari kejauhan tampak sang Ayah tengah memperhatikannya sembari tersenyum. Ia berharap selalu bisa mendampingi setiap detik, setiap nafas, setiap masa yang dilalui putri kecilnya itu. Maziya.
(repost 10 Nov 2012)

1 comment:

  1. Hik..hik... bacanya jadi pengen nangis..

    ReplyDelete