18/05/2023

Keliru

Kalian keliru!

Ya, kalian keliru mengira matahari hanyalah satu,

Karena sebenarnya, ada banyak sekali matahari di alam semesta.

Sebut saja Arcturus, Si Bintang Merah Raksasa yang menyala.

Ada juga Sirius, putih-biru yang berkedip dengan banyak warna.

Ada Betlegeus.. Ada Antares.. ada Aldebaran..

Serta bintang-bintang lain, yang perkiraan jumlahnya adalah,

lebih dari dua setengah kali, dari jumlah seluruh Butir Pasir di planet kita.  

 

Kalian keliru!

Ya, kalian keliru menyangka mimpi hanyalah satu.

Karena sejatinya, ada teramat banyak mimpi di depan sana.

Patah di mimpi yang satu, masih ada mimpi-mimpi lain yang menunggu.

Gagal di cita yang satu, masih ramai cita lain yang bisa kalian buru.

Jatuh.. bangkit lagi.

Kalah.. berusaha lagi.

Tumbang.. berjuang kembali.

Percayalah bahwa kalian tak pernah sendiri, ada Allah yang senantiasa mendampingi.

Dzat yang berada dekat, bahkan dari urat leher kalian sendiri.

 

Jadi, jangan berhenti!

Teruslah merakit mimpi!

Teruslah berikhtiar di jalan Illahi!

Hingga ketika Allah berkehendak menjadikannya nyata,

Maka tidak ada satu orang pun yang bisa menghalanginya.  

 



Ujian

 

Yang satu tengah terduduk menjalani ujian kelulusan, satu lagi tengah terbaring karena diuji kesehatan. Dalam waktu yang sama, keduanya dihadapkan pada episode yang berbeda.
 
Aku?
 
Apa yang bisa aku lakukan? Selain berusaha bersabar dan mengangkat kedua tangan.
 
Berdo'a, semoga mereka bisa berhasil menghadapinya. Mendapatkan hikmah dan berlipat-lipat pahala, serta kemudahan yang senantiasa membersamainya.
 

 

07/05/2023

Tak Pernah Setara

Ketika darah dan daging sudah terbagi.

Maka komposisi hati pun tak sama lagi.

Pikiran.. perhatian.. pun pengorbanan..

semuanya lebih terberi,

bukan kepada diri sendiri.

 

Ketika darah dan daging sudah bertunas.

Ego pribadi luluh dan terlepas.

Ambisi.. mimpi.. pretensi..

segenapnya ibarat ampas,

hilang terhapus dari prioritas.

 

Siapa?

Siapa orang tua yang tak luluh dengan mata mungil mengerjap-ngerjap?

Menangkap selidik didalam tatap,

lalu berteriak “Hore.. Ayah sudah pulang!” dengan semangat.

 

Siapa?

Siapakah orang tua yang tak bangga dengan lisan yang terbata?

Mengangkat tangan kecil diujung do'a,

lalu lirih berkata 'Allahummaghfirlana..

dzunubana,

waliwalidaina,

warhamhuma, kama robbayana shoghira.

 

Rasa-rasanya..

Seluruh harta, kekuasaan, semesta dunia, sekalipun beserta isinya,

tak akan pernah bisa setara,

dengan darah daging yang tulus mendo’akan kita.   

 


 

Tanam !

Wahai diri..
Seonggok tanah di atas bumi.
 
Pemikul dosa yang menggunung tinggi.
Pengucap taubat yang tak dari hati.
 
Pemilik sholat yang alakadarnya,
sekedar sujud lalu berdiri,
hingga komat-kamit membaca, tanpa ada usaha untuk mengerti.
 
Sadarkah, kau?
Bukankah ragamu bertambah hari bertambah renta.
Sehatmu terus berkurang digerus usia.
 
Dan kiamat kecil itu..
sungguh nyata berada di depan mata.
 
Jauh-jauh hari, Habibi telah memerintahkan,
tanamlah biji kurma dalam genggaman.
 
Tanam!
 
Betapapun hanya itu yang kau punya.
Sungguhpun hanya itu yang kau bisa.
 
Tanam!
 
Biarpun tak ada yang memedulikan.
Ataupun tajamnya pedang mengancam keselamatan.
 
Terus tanamlah!
 
Karena sejatinya kita semua akan kembali.
Jauh meninggalkan bumi,
menunggu diadili oleh Dzat Yang Maha Suci.
 
Semoga kurma ini, bisa menjadi pemberat di yaumil hisab nanti.