03/09/2016

Ketika "Abi' Berkhianat



Malam kian pekat, dan jam berwarna hitam itu, tergantung tanpa suara di dinding ruangan. Satu jarum merah didalamnya melangkah teratur, sedikit demi sedikit, sedetik demi sedetik. Setia mengunjungi angka-angka di sekelilingnya, dan setia memperhitungkan setiap jumlahnya. Hingga  tiba di 60 langkahnya, ternyata iapun setia berada kembali di awal posisinya.  
Malam kian pekat, dan jam berwarna hitam itu, tergantung tanpa suara di dinding ruangan. Dua jarum putih didalamnya, menunjuk tepat ke angka yang sama, angka dua belas. Sebuah penampakan yang jelas bahwa waktu terus saja berlalu, dan lagi-lagi hari akan berganti, tanpa ceremony, tanpa publikasi. Ia begitu saja berlalu, mengemas “kemarin” kedalam sesuatu bernama.. masa lalu.
Malam yang sunyi, kian membuai manusia bumi di alam mimpi. Ditambah dengan dinginnya hembusan udara, sungguh tak banyak orang yang keluar dari alam mimpi kemudian terjaga.
Seorang anak kecil membuka mata, terbangun di tengah malam buta. Bukan, kali ini bukan karena ia mengompol seperti biasanya. Namun karena ia tidak mendapati umminya di sampingnya. Setengah mengantuk ia memanggil-manggil “Ummi.. ummii…” ujarnya sembari mengucek-ngucek kedua matanya. Merasa tak ada jawaban, anak kecil itu lalu terduduk. Matanya memicing, kepalanya menoleh kekanan dan kiri , menyapu ruangan kamar sambil sesekali menguap menahan kantuk. Sayang, lampu kamar itu dimatikan, tak banyak yang bisa ditangkap anak tersebut dalam kondisi demikian. Yang ada malah muncul dalam benaknya, bayangan-bayangan monster dalam film yang siang tadi ditontonnya. Alhasil anak tersebut langsung bangkit, loncat dari atas kasur, tergesa berlari keluar kamar. “Umiiii….!!!” Teriaknya.
“I..iya.. Umi disini nak..” jawab Umminya dari ruangan tengah. Demi mendengar suara tersebut, anak kecil itu langsung berlari mendekat, menghambur kedalam pelukan Umminya. “kenapa bangun? Masih malem nak. Ade tidur lagi aja gih..” ucap umminya dengan suara yang parau. Anak kecil itu menggeleng, “ga mau ah, ade mau ditemenin, soalnya takut monster” ujarnya, merajuk. “eh, ummi abis sholat ya? Ko, malem2 sholatnya. Abi mana?” tanya anak itu lagi, baru sadar jika umminya masih mengenakan mukena berwarna biru. Dengan tergagap, Umminya menjawab “iya, umi abis sholat. Abi.. eu.. abi belum pulang nak..” jawabnya, hambar. “oh, belum pulang ya? Abi ko pulangnya malem terus mi? Memang abi lagi banyak kerjaan ya mi?” tanya anak kecil itu dengan polosnya. Umminya tercekat, lalu mengangguk pelan. Tak sadar air mata mengalir lagi dari kedua matanya yang sembab. Anak kecil itu langsung terperanjat. “Umi nangis ya? Iih..malu. masa udah gede masih nangis. Kemaren, ade nangis gara-gara jatoh, umi sendiri bilang ade ga boleh nangis, malu udah gede. Eeh.. sekarang malah umi sendiri yang nangis..hehe..” paparnya, sembari terkekeh. Mendengar kata-kata anak tersebut, umminya tersenyum. Sembari menghapus air matanya, ia berkata “he.. iya..iya.. ummi ga nangis lagi” katanya. Dengan lembut, ia mendudukan anak semata wayangnya di pangkuannya, memeluknya erat beberapa saat, lalu mengelus kepalanya dengan penuh rasa sayang. “ade, ade sayang ummi?” tanyanya. Yang ditanya langsung mengangguk mantap. “sayangnya segimana?” tanya umminya lagi. Anak kecil tersebut tampak berfikir sejenak, dahinya mengerut. “Mmm… segini umi..!!” jawabnya, sambil merentangkan kedua tangannya lebar-lebar. Umminya kembali tersenyum, menatap anak kecil itu dan kepolosannya.
“Kalo ade memang sayangnya sebesar itu sama umi, ade harus janji ya..” ujar umminya. “janji ga boleh ngompol lagi??” potong anak kecil tersebut. Umminya terkekeh sembari menggeleng pelan. “Bukan nak, bukan. Mmm.. ade kan anak laki-laki.. ade harus janji..” ucapan umminya terhenti, lidahnya tercekat. Matanya berkaca-kaca, air mata didalamnya hendak tumpah kembali.
“janji apa umii?” tanya anak kecil itu, penasaran. Umminya menarik nafas beberapa saat, lalu menjawab dengan suara yang bergetar, “janji.. ade harus janji ga akan bikin ummi sedih. Ade harus janji ga akan nyakitin hati ummi. Ade janji bakal jagain ummi..” ucap umminya. Anak kecil itu mengernyit heran, tapi tak lama kemudian mengangguk-angguk sok mengerti. “iya ummi. Eh, tapi kan yang jagain ummi mah kan abi” kata anak tersebut. Wajah umminya kembali memerah, air mata menyeruak mengalir tak terbendungkan. Ia cepat-cepat menyembunyikannya. “abi.. abi kan sering..pergi.. mm..kerja..” ucapnya, dengan suara yang bergetar, dan nada yang hambar. Seolah hendak menutupi sesuatu. Beruntung, anak laki-lakinya itu masih polos, belum terlalu mengerti. Ia malah terlihat manggut-manggut, “tenang aja ummi, kalo abi ga ada, ade yang bakal jagain ummi” ujarnya mantap. Umminya mengangguk, “terima kasih ya nak..” ucapnya singkat. Ia memeluk anaknya itu dengan rasa sayang, bercampur dengan rasa tak ingin kehilangan. Kedua rasa itu bercampur, sedikit menghilangkan rasa pedih yang tengah mendera hatinya.
Akhirnya, anak kecil itu kembali tertidur. Pelan umminya  membaringkannya diatas sajadah, lalu menepuk-nepuk lembut kakinya agar kian lelap. Tak lama, handphone didekatnya bergetar pelan, sebuah teks muncul pada displaynya. “sms terkirim” berulang-ulang. Sepertinya hp suaminya itu baru aktif kembali, hingga tujuh sms yang sejak beberapa jam lalu dikirimkan, baru sekarang diterimanya. Melihat hal tersebut, ummi anak kecil itu hanya bisa menghela nafas panjang, kemudian beristighfar berulang-ulang. Sedetik kemudian, ia kembali terisak, menangis, air matanya kembali tertumpah, membasahi mukena dan sajadah.
***
Seorang pria terduduk dibibir tempat tidur. Jarinya bergetar, membuka satu persatu pesan dalam hp yang baru beberapa saat lalu dinyalakannya. “abi dimana?”, “abi tadi umi tanya ke kantor, katanya udah pada pulang, memang abi sekarang dimana?”, “abi cepet pulang, ade nanyain”. Rentetan 3 pesan dalam hpnya itu ia baca satu persatu. Saat hendak membuka sms yang ke-4, sebuah suara mengagetkannya. “Dari siapa mas?” bisik seorang perempuan berpakaian minim, tepat ditelinga kanan laki-laki tersebut, manja.
Refleks, laki-laki itu mengembalikan tampilan display hp, kembali ke menu utama. Kemudian mematikan hpnya kembali, sembari berkata gugup,”bu..bukan.. bukan siapa-siapa” ujarnya.