14/12/2018

Perihal Nurla, Antara Fiksi dan Kisah Nyata

Aku tak tahu,
Apakah novel ini mengangkat pesan kebaikan, atau justru mengungkit-ungkit kesalahan.
Karena ibarat dua sisi mata uang, dua hal itu serona tak dapat dipisahkan.
Yang kuingat dulu, sang tokoh bercerita sembari berurai air mata. Menuturkan luka, menyuarakan jeri yang dirasainya. Lalu saat kutanya apa Ia masih menaruh dendam pada mereka, berulang kali pula Ia menjawab sudah memaafkan semuanya.
Lagi-lagi Aku tak tahu,
Apakah jauh di ujung hatinya luka itu masih menganga.. Atau jawaban itu hanya pura-pura belaka.
Karena ibarat kayu yang ditancapi paku, lubang bekasnya akan terus ada meski paku sudah dicerabut semua.
Tapi yang kulihat sekarang, sang tokoh tetap saja mengasihi mereka. Berbaik sangka seperti tak pernah tersakiti sedikitpun juga.
Ah,
Mungkin Aku saja yang selalu gemas setiap mendengar kata maaf. Rasanya ingin jeri itu terbalas sebelum masalah dianggap tuntas.
Jauh berbeda dengan para tokoh yang memilih untuk bersikap ikhlas. Sesuatu yang langka, yang sudah sulit ditemukan di hiruk pikuknya dunia.
Maka,
Tak salah jika kuputuskan untuk mengangkat kisahnya kedalam cerita.
Perihal pedihnya luka yang terus menerus mendera,
Perihal sakitnya rasa yang menumpah ruahkan air mata,
serta Perihal Nurla.. Antara Fiksi dan Kisah Nyata.
http://www.leutikaprio.com/main/media/sample/Perihal%20Nurla,%20Antara%20Fiksi%20dan%20Kisah%20Nyata_SD.pdf