25/09/2013

budaya membaca

Hari menjelang sore, anak2 di kelas sudah cukup menghabiskan energi melalap materi pelajaran sejak tadi siang. Tapi, jangan tanya.. namanya juga anak2, entah memakai batterai apa didalamnya, karena ternyata energi mereka seolah tak pernah habis. Masih juga bisa berteriak2, berlari2, bahkan berkelahi satu sama lain..baru berhenti ketika salah seorang diantaranya sudah menangis.
Saat kubawa dua tas besar berisi buku, mereka tampak tertarik.. "apa itu pa..?" tanya salah seorang dari mereka. "buku" jawabku singkat. "apa bapa jualan?" tanya mereka lagi. Sembari menahan senyum aku menggeleng. Mungkin mereka belum pernah mengunjungi rumah baca, taman bacaan dan sejenisnya, yang memang sebenarnya sangat2 sedikit jumlahnya di kota ini.  
Setengah jam sisa waktu belajar, digunakan untuk mereka membaca buku yang kubawa. Tampak antusias sekali ketika isi tas dikeluarkan. "ingat..jangan berebut ya.." kataku. Namun, anak2 tetaplah anak2.. tak peduli dengan apa yang ku perintahkan. Ketika buku sudah di atas meja, mereka langsung berebut satu sama lain, seolah yang terlambat tak akan kebagian. padahal buku yang kupersiapkan jumlahnya lebih dari jumlah siswa yang ada. "ini aku duluan.." "bukan.. aku dulu.." "kamu mah yang itu aja.." "ah aku mau yang ini pa.." "paa... aku yang ini yaaa.." begitulah ocehan mereka saat berebut buku.. Aduh2.... peringatanku tak digubris sama sekali... "ah sudahlah.. yang penting mereka punya semangat untuk membaca.. itu sudah lebih dari cukup.." fikirku.
Soal membaca.. jangan tanya juga.. he.. namanya juga anak2. Mereka membaca dengan suara, maksudnya..tak ada satupun yang puas hanya dengan membaca di dalam hati. Mungkin bagi mereka yang namanya membaca buku itu ya memang harus begitu.. Makanya, suasana kelas menjadi riuh oleh suara anak2 yang membaca.. Mengundang perhatian anak2 dari kelas lain, dan para pedagang di area sekolah..



18/09/2013

si buta dan si bisu

Seorang buta berkata pada hari. Wahai hari, saksikanlah..kali ini aku akan bisa melihat. kan kubuat bayangan menjadi nyata. kan kubuat sketsa menjadi sebuah lukisan, terindah yang pernah ada. lihat saja...
hari mengangguk takjub.. terdiam sesaat, lalu berlalu begitu saja.. tanpa adanya bayangan yang menjadi nyata, dan lukisan terindah yang dijanjikan.
Seorang bisu berkata pada hari. Wahai hari, dengarkanlah..kali ini aku akan bisa bicara. kan kubuat bisikan ini menjadi nyaring bunyinya. kan kubuat seluruh coretan hati, menjadi sebuah alunan puisi indah, terindah yang pernah ada.. dengarkan saja..
Hari kembali mengangguk takjub.. terdiam sesaat, lalu kembali berlalu begitu saja.. tanpa sedikitpun mendengar adanya bisikan yang nyaring, dan puisi indah yang ditawarkan.
Ibarat sebuah perulangan abadi, hari berlalu..tanpa ada yang berubah. kembali berlalu.. tanpa ada sedikitpun yang berubah.. Sehingga geramlah ia.. pada si buta yang selalu terpejam. dan si bisu yang selalu terdiam. Mana perubahan yang mereka tawarkan dan janjikan.. Omong kosong.. sungguh omong kosong belaka..
Esoknya, hari melesat mendekat.. melihat si buta yang membuka matanya sesaat, namun kembali terpejam.. lalu menoleh pada si bisu yang seolah hendak terbata, namun kembali terdiam.. marahlah ia.. tak pernah didapati perubahan yang setiap kali mereka dengungkan.
Guntur pun menggelegar.. sungguh tak lazim terdengar di waktu pagi menjelang. Panas terik membakar.. sungguh tak wajar terasa di fajar yang belumlah usai.
Tiba2..
Hari terdiam.. menunduk dalam dengan mata terpejam.. hilang sudah kemarahan yang semula diniatkan. Hari membisu.. menutup mulut rapat2 tanpa suara.. musnah sudah semua teriakan yang hendak di lemparkan..
Kau tahu kawan.. semua karena sebuah sosok melayang di antara awan. Entah itu manusia yang berwujud bidadari.. entah pula bidadari yang berwujud manusia.. ia jelita tiada kentara. dan menebar kebaikan ke seluruh penjuru dunia..
Setiap mata yang melihat, pasti bertekad untuk melihat.. namun tekad tinggalah tekad. hanya terpejam yang ia dapat.. Setiap mulut yang berbisik, pasti ber asa untuk menyapa.. namun asa tinggalah asa. hanya membisu yang ia mampu..
Hari mengangguk takjub.. terdiam dan mengerti.. lalu berlalu kembali.. membiarkan lagi perulangan abadi terjadi untuk yang kesekian kali.. bedanya kali ini ia memahami, si buta dengan pejamnya.. dan si bisu dengan diamnya..

mengukur kebahagiaan

Ternyata kebahagiaan tak bisa diukur dengan sebuah senyuman.. Kesedihan tak bisa dinilai dengan sebuah tangisan.. Beberapa orang di sekitarku tersenyum dengan menanggung beban kesedihan yang teramat dalam. Dan beberapa orang lainnya mengurai air mata, sementara hatinya tertawa2..

Sungguh banyak penipu di dunia ini. Bersikap acuh tak peduli, padahal hatinya rindu setengah mati. Bersikap menyebalkan tanamkan permusuhan, padahal dalam hatinya cinta tumbuh tak terkalahkan.

Dan dua orang penipu diantaranya adalah..
Aku..
dan mungkin.. Kau.

Film Ambilkan Bulan

Ziya beberapa kali memberiku kejutan dengan sikap dan pertanyaan2 polosnya. Salah satunya terjadi ketika usai menonton Film Ambilkan Bulan. Ziya berkata sambil memelukku "ziya mah ga mau abinya meninggal..".
bisiknya. Akupun tersentak, tak pernah menyangka ia akan berkata demikian. Deg..!! bingung menjawab apa, aku hanya bisa berkata pendek "iya nak.." ujarku.
Memang, dalam film ambilkan bulan, diceritakan seorang anak bernama Amelia, sering merasa kesepian, dikarenakan ayahnya yang meninggal karena kecelakaan, dan ibunya yang seringkali sibuk bekerja. Ayahnya melukiskan untuknya sebuah lukisan bulan yang besar. Mengingatkannya saat ia dan ayah ibunya dulu menatap bulan bertiga. Karena ayahnya yang seorang pelukis, setiap melihat lukisan ayahnya, amelia seorlah bisa berkomunikasi langsung dengan ayahnya tersebut, didalam lukisan.. aneh memang.. tapi sepertinya itu terjadi karena amelia dulu sangat dekat dengan ayahnya.
Selang beberapa hari kemudian, ziya kembali mengulangi perkataannya sambil tetap memelukku. Tapi kali ini aku telah punya jawaban yang mudah2an bisa sedikit menenangkannya. "Iya nak.. abi juga kan pengen liat Ziya lebih tinggi dari abi.. pengen liat ziya jadi putri..trus jadi bidadari.." kataku. Mendengar jawabanku, ziya langsung tersenyum lebar.. lalu bermain kembali.

Pertanyaan Ziya

sore sudah terlewati, aku menggendong ziya kecil di punggungku. tampaknya ia kelelahan setelah bermain seharian. "ziya lihat ada bulan" ujarku. "waah.. tapi bulannya ketutupan sama awan.." kata ziya. "Abi, bulan itu dari Allah ya?" tanya ziya. "iya." jawabku. "kalo langit dari Allah juga ya?" tanyanya lagi. "iya.." kataku. "berarti yang ngecat langit itu Allah ya?" seru ziya dengan polosnya. Aku tertegun sejenak.." he.. bukan dicat nak, tapi diciptainnya sama Allah.." jawabku. "oo.. Allah itu ada banyak banget ya..?" lanjut ziya lagi. Aku terdiam kembali sambil menahan tawa.. "ngga nak, Allah itu hanya ada satu".

Hukum Jarak

hukum transformasi jarak bagi dua insan yang saling merindukan, ternyata tak semudah transliterasi hukum gerak kelajuan dan kecepatan. Tak hanya jauh menjadi dekat datangkan kebahagiaan, dan dekat menjadi jauh datangkan kesedihan.. Adakalanya kesedihan datang dikala jarak telah sangat dekat nian, menatap wajah yang dirindukan, tengah berada di jarak tak lebih dari sepelemparan batu saja. Aneh memang.. kenapa bukan kebahagiaan yang didapatkan? Padahal hukum transformasi jarak telah ditulis secara gamblang segamblang surat perjanjian..
Mungkin saja.. faktor n yang menjadi konstanta, tak cukup hanya nilai belaka. Dibutuhkan angka2 tak terhingga, yang akan mengubah hasil akhirnya.
Hanya saja.. apapun rumus yang kau gunakan, berapapun angka yang kau masukan, hasil binary selalu menunjukkan.. Nol.. tak terbantahkan..

kerinduan.

Sebuah kerinduan, tak ayal amatlah menyakitkan. Seperti anak panah di kaki yang tertancapkan. Dibiarkan, timbulkan kepedihan. Dicabutpun, darah menyembur tak terelakkan..
Siapakah sang pemilik panah ini? Tertancap di kaki namun menghujam hingga ke ujung hati. Mungkin saja ia memanah tanpa sengaja.. tapi nyata2 berefek luar biasa.
Siapakah sang pemilik panah ini? Datang dan pergi, tanpa pernah diketahui..
Wahai.. jika benar sebuah kerinduan. hanya bisa dihilangkan dengan pertemuan.. maka bisa dipastikan, panah ini akan tetap tertancap tak tergoyahkan..

Percakapan kecil..

Ziya kecil memiliki bahasa tersendiri dalam menghafal nama2 keluarga nabi, dengan lagu.. katakan saja ini tentang lagu Princess Fatimah, ia akan menyimaknya dengan antusias. Begini lagunya:
Ibunya bernama Aminah..
Ayahnya bernama Abdullah..
Kakeknya bernama Abdul Muthalib..
Pamannya bernama Abu Thalib..
Istrinya..Princess Khodijah.
Anaknya... Princess Fatimah...
Kini ziya sudah bisa menyanyikannya sendiri dengan sempurna, dan di setiap akhir lirik, tidak pernah tidak..selalu dibarengi dengan senyuman.. Ada rasa bangga tersendiri menyimaknya. Setidaknya, satu lagu untuk menyaingi lagu2 princess yang "ga jelas" lirik dan maksud kata2nya..

Akhir2 ini ziya kecil seringkali bertanya berulang2..
Ziya  : "Abi, Princess Fatimah itu di surga ya..?"
Abi   : "Iya.. kan udah jadi bidadari"
Ziya  : "Ziya juga mau jadi bidadari ah..punya sayap kayak peri.. punya mahkota.." (tersenyum sendiri)
          "Abi.. surga itu ada di langit ya..?"
Abi   : "mm... iya."
ziya  : "di awan?"
Abi   : "o bukan nak.. tapi di langit yang luaaaas sekali. surga itu kan besarnya lebih besar dari bumi.."
ziya  : "oh gitu ya.." (diam sebentar). 
          "kalo planet merkurius..?"
abi   : "mmm... kayaknya lebih luaaaas lagi.. lebih luas dari planet2 yang ziya pernah baca di buku..."
        
dan untuk "menghindari" pertanyaan2 "unik" ziya kecil, jurus yang paling ampuh adalah dengan bertanya balik.. percaya saja.. sudah saya buktikan..

abi   : "memang ziya mau masuk ke surga ya..?"
ziya  : "Mauuuu...... ziya kan nanti mau ketemu princess fatimah di surga, punya mainan banyak, punya sayap 
           warna ungu, ketemu sama pangeran, sama princess sofia juga.."
          "eh abi.. princess sofia bisa masuk ke surga juga kan?"
abi   : "iyaaa....."
ziya  : "tapi kan princess sofia belum pake kerudung.."
abi   : "mmm..... ya ziya kasih pinjem aja kerudung ziya.. jadi masuk ke surga nya bisa barengan.."
ziya  : "hehe.."

17/09/2013

Mandiri? Hmm..

"Abi jangan kabur ya.." ucap ziya sesaat sebelum memasuki gerbang sekolahnya. Tampak jelas sebuah pengumuman yang terpampang di pintunya "mamah dan papah nganternya sampai sini saja ya", lalu disudahi dengan gambar lucu dan tanda STOP.
Tujuannya bagus, mendidik anak untuk belajar mandiri. Dan ziya terbukti bisa melakukannya, meski ku tahu itu tidaklah mudah. Beberapa kali bahkan ia melangkah masuk kelas sembari menatapku berkaca2. Beberapa kali pula ia mengintip keluar, meyakinkan diri bahwa aku masih menungguinya disana. Dan jika ternyata ia tidak mendapatiku, otomatis ia berfikiran bahwa aku telah "kabur". He.. meski ia tak sampai menangis karenanya. Hanya berupa pertanyaan ringan ketika dijemput pulang, "ko abi tadi kabur sih.."
Mandiri memang menjadi salah satu kata kunci keberhasilan seorang anak. Mereka yang tidak lagi terlalu bergantung pada orang tua, menjad kebanggan tersendiri bagi orang tua tersebut. Tapi.. Aneh... Kenapa aku tidak merasa demikian.. Ketika ia menjalani proses untuk mandiri, justru aku yang merasa kehilangan. Belum siap rasanya menjalani hari tanpa celoteh polos, dan canda tawa manja dari si kecil ziya. Entahlah.. Sepertinya aku yang harus belajar mandiri.
Apa memang kemandirian hanya terlihat dari jauhnya mereka dari orang tua.. Mungkin ya.. tapi mungkin juga tidak.. Lagi2..Entahlah..
Ziya kecil sudah mandiri menurutku. Sejak dulu ia sudah berani tidur tanpa ditemani. Menunggui Umminya selesai mengajar dengan duduk di pojok kelas dengan sabarnya. Dan bisa memahami ketika kubilang.."abi belum gajian nak.." he.. ia hanya akan menjawab "oo.. ga apa2 abi". Hanya saja setelah ia punya tabungan sendiri, ziya sekarang bisa membalas dengan jawaban yang berbeda.. "pake uang ziya aja, kan ada banyak di tabungan.." katanya. Mungkin ia berfikir deretan yang panjang di buku tabungannya itu adalah uang semua, semakin panjang barisnya, maka semakin banyak jumlah tabungannya. Hehe.. padahal saldo akhirnya, masihlah sedikit jumlahnya.
Bersikap manja pada orang tua sepertinya bukan hal yang menurunkan nilai kemandirian padanya. Orang pinter sih bilang.. "she's just a kid..". 100% benar.. biarkan saja ia bersikap selayaknya anak2..
"kamu tuh udah gede.." katanya, tapi dilain waktu dibilang "eee...kamu kan masih kecil". Waduh.. si anak jadi bingung deh..udah gede atau masih kecil.
Menghadapi anak kecil memang susah2 gampang.. Tapi yang pasti, tetap mengasyikan..^_^
    

15/09/2013

Sekolah.. lagi.

Nak.. mungkinkah kelak kau akan ingat.. Disaat teman2 sekolahmu yang lain telah pulang ke rumah masing2, menikmati istirahat siangnya di kasur yang empuk, kau masih harus berlelah2 ria di sekolah Ummi mu. Menghabiskan waktu dengan menggambar di papan tulis, atau bermain laptop dengan dikerubungi anak2 SD di pojok kelas. Dan hal ini terjadi bukan hanya ketika kau bersekolah di TK saja, namun ini kau alami sejak sebelum Zahdan lahir, dan bahkan jauh sebelum kau bersekolah.
Lelah tampak sekali di wajahmu. Tak jarang kau sampai tertidur begitu saja di ruang guru. Satu kegiatan yang kini diwarisi zahdan adikmu..he.. Tapi tenang saja nak, sepanjang abimu ini bisa mendampingi, kau akan terus kudampingi.
Hmph.. Beberapa tahun terakhir, kau sudah semakin terbiasa dengan rutinitas ini. Tak ada lagi kata2 keluhan dan merajuk ingin pulang. Dulu, jika rajukanmu muncul, bujukan demi bujukan pun ditawarkan. Dari mandi bola, sampai mainan kesukaan. Semua hanya agar kau bisa sedikit lebih bersabar dan bertahan barang beberapa jam lagi. Abi pun harus menyiapkan budget khusus untuk mainanmu ini.
Sayangnya, seperti anak kebanyakan, kesukaanmu berubah seiring berubahnya waktu.
Dulu kau senang sekali dengan tokoh Pocoyo, lalu Angry Bird.. pernak pernikpun dikumpulkan, mulai dari boneka, tas, baju dan bantal.. tapi hari ini, kau tengah tergila2 dengan princess. Bahkan kau sering bersenandung lagu princess (meski tak jelas, tapi nadanya bisa kau tirukan dengan sempurna), sudah bisa menghormat anggun ala princess.. dan menari seolah tengah berdansa dengan pangeran. Beberapa kali kau malah mengajakku menari di sekolah.. aduh nak.. untuk yang ini abi tak bisa, abi terlalu malu jika dilihati teman2 dan guru2mu.. 



10/09/2013

seorang pemuda

Seorang pemuda,
berjalan tanpa kaki..
dan berdiri tanpa bayangan..

berfikir dengan hati,
dan berbicara dengan tulisan..

sedihnya adalah diam.
dan senyumnyapun hanyalah dengan pandangan.

satu hal yang sering orang lupakan..
hatinya sama seperti manusia kebanyakan..
ia bisa berbunga.
ia bisa terluka..

bidadari pelukis

"Ziya mah mau jadi pelukis.." kata ziya sutu kali. "Lho, bukannya dulu mau jadi bidadari?" tanyaku. "iyaa.. bidadari yang suka melukis.." jawab ziya tak mau kalah. "terus, ngelukisnya ngelukis apa?" tanyaku lagi. "ngelukis bidadari.." jawabnya polos. He.. akhir2 ini ziya memang tengah terobsesi dengan kegiatan melukisnya. Seringkali ia melukis sesuatu, lalu diwarnai, dan dilipat2 menyerupai sebuah kado. Setelah selesai, ia segera berlari menghampiriku.. "abii.. merem dulu.." kata ziya. "kenapa?" tanyaku. "pokonya merem dulu.." perintahnya. Aku lalu mengangguk, dan menutup mataku. sedetik kemudian ziya langsung memerintahkan membuka kembali. "Taraaa....!! ini hadiah buat abi.." teriaknya sumringah sembari memberikan lukisan yang tadi dilipat2nya. "Waah.. apa ini.." tanyaku. Dengan semangatnya ziya membuka kertas tersebut, lalu menjelaskan.. "ini lukisan ziya.. ini gambar bidadari..ada sayapnya.. soalnya udah di surga, nah ini ziya yang udah jadi bidadari, sayapnya kayak sayap kupu2.. jadi bisa terbang. ini de zahdan..ini ummi.." ujarnya panjang lebar. Aku menyimak, lalu pura2 sedih.. "gambar abinya mana.. abi kan pengen ke surga juga.." tanyaku. Ziya kaget.. "oh iya.., abi tunggu sebentar ya..." ujarnya sembari berlari mengambil crayonnya.
He.. ziya di usia yang ke lima ini, terlihat lebih baik dalam lukisannya.. Sekarang lebih jelas bentuknya dibanding dulu saat pertama kali masuk ke TK. Ia pun sudah bisa mengekspresikan imajinasinya didalamnya. Tambah matahari, pelangi, awan.. semua ia gambarkan sesukanya. Tak jarang jika sedang malas ia menyuruh aku yang menggambar. "abii.. gambarin princess sofia dong.." katanya. Aku yang sedang malas pun sering menjawab "wah.. abi belum bisa nak.." jawabku. Ziya langsung menimpali dengan polosnya "ga apa2 abi..kan sambil belajar.." katanya. "Iyaa..iyaaa..." jawabku. Terpaksa kuambil pensil dan kertas kosong, me reka2 tokoh princess sofia yang diinginkan ziya.   

Kuburan kucing

Seminggu sudah Ziya kecil kutinggalkan ke luar kota. Berat sekali rasanya meninggalkannya begitu saja. Berangkat ketika ia masih tidur, dan pulang tatkala ia sudah tidur pula. Rindu sekali akan celotehnya, pertanyaan2 polosnya. Dan mimpi2 yang selalu ia ceritakan ketika ia baru terbangun dari tidurnya.
Suatu hari, Zia menelfon sambil terisak. "abi.. kuburan kucingnya dibuka sama aa sama teteh.." ujarnya. Maksudnya adalah anak kucing yang tergilas mobil di dekat rumah, lalu aku dan ziya menguburkannya di dekat mesjid komplek. Ziya menyimak dengan sungguh2 prosesi tersebut. Mengamati saat dibungkus dengan kertas putih, membantu menggali tanah, dan diam termenung ketika semua sudah selesai. "kasian ya abi..ibunya pasti nyariin.." katanya waktu itu. dan esoknya, ziya kembali kesana untuk melihatnya. jika ada teman2 yang bertanya, ia langsung jawab "ini kuburan kucing, yang meninggal kegiles mobil.." kata ziya. Tak aneh jika anak2 tetangga banyak yang penasaran, dan bahkan bermain2 disana, ada yang menambahkan batu, ada yang menaburkan rumput, dan kegiatan2 anak2 pada umumnya.
Sayang sekali, ternyata kegiatan mereka tidak terpantau, sehingga beberapa diantaranya nekat menggali kuburan tersebut, mungkin penasaran betul atau tidak itu adalah kuburan kucing. Akhirnya... "Abii.. sama ziya udah dilarang, tapi itu teteh malah terus ngegali.. kasian kucingnya.. hik..hik.." kata ziya diujung telfon sana sembari menahan tangis. Rasanya baru kali ini kudengar ziya sedemikian sedih seperti ini, biasanya ia menangis hanya untuk merajuk minta dibelikan mainan, atau baju hello kitty kesukaannya. Dan jenis kesedihannya yang ini entah kenapa selalu menyentuh hatiku. "hmph.. iya..iya nak.. nanti abi liat ya.." kataku singkat.
Setiba di rumah, ziya sudah tertidur. Kutunaikan janjiku, berjalan ke arah mesjid. Ternyata benar, anak kucing yang kemarin dikuburkan telah berada di luar, lumayan sudah berbau busuk. Kukuburkan kembali, kali ini dengan galian yang lebih dalam dari sebelumnya.
Besok, akan kuberitahukan pada ziya, kucing malang tersebut sudah dikubur kembali. Semoga dengan begini hilang kesedihan ziya.."jangan sedih lagi ya nak.."