28/12/2023

Mahkota Cahaya

Aku tahu.

Bunda telah melahirkanku berdarah-darah.

Ayah sudah menafkahiku berlelah-lelah.

Ayah-Bunda memberiku bahagia sebagai hadiah.

Mengurusiku,

Menjagaku,

Membimbingku dari keliru dan salah.

Maka Ayah.. Bunda, dengan apa aku bisa membalasnya?

 

Aku tahu.

Bunda sudah mengasihiku sepenuh hati.

Ayah telah menyayangiku segenap arti.

Ayah-Bunda menganugerahiku cinta tiada terperi.

Mendo’akanku,

Membesarkanku,

Menghiburku kala sedih dan susah.

Maka Ayah.. Bunda, dengan apa aku bisa membalasnya? 

 

Disini,

Di Istana para penghafal Qur’an ini.

Disetiap huruf yang kami eja dengan terbata,

Disetiap ayat yang kami hujam kedalam kepala.

Disetiap lembar..

Disetiap surah..

Di deretan kalimat suci, yang kami hafalkan lagi dan lagi..


Ada secuil harap kami yang tulus,

Ada setampuk do’a kami yang lurus.

Ada sebenar-benar azam yang pantang tergerus. 

Membalas kasih sayang Ayah Bunda yang tak terkira

Dengan hadiah sepasang mahkota cahaya.

 

Ya, mahkota yang cahayanya benderang seterang sang surya.

Serta jubah yang lebih baik, meski dibandingkan alam semesta.

Bagaimana?

Ayah Bunda mau, kan?

 

#IstanaQuranAnakSholeh


 

 

09/11/2023

Seharusnya

Seharusnya..

Ada luka yang menganga, setiap kali mendengar berita tentang Palestina.

Seharusnya..

Ada hati yang teriris, setiap melihat anak palestin yang menjerit dan menangis.

Mereka yang dengan jeri berkata, telah sebatang kara hidupnya.

Telah hilang semua keluarganya.

Ayah, ibu, adik, kakak, bahkan seluruh kerabat maupun tetangga. Semuanya lenyap seketika..

Tak tahu harus meratapi yang mana. Tak tahu harus mengkafani yang mana.

Karena potongan-potongan tubuh, bercampur baur dengan bongkahan bangunan rubuh.

Seharusnya..

Ada tetes air mata yang jatuh, sebanyak rumah palestin yang lantak dan luluh.

Seharusnya..

Ada iba yang berlabuh, sebanyak jiwa para syuhada yang telah direngkuh.

Seharusnya kita tidak acuh tak acuh. Merasa pongah dibalik rumah yang megah. Merasa nyenyak diatas kasur yang mewah.

Karena saudara-saudara kita disana, para penghuni tanah berkah dan mulia, penjaga mesjid Al Aqsa kiblat pertama.. tengah dibully habis-habisan, dibunuh dan diserang, diberangus bagaikan binatang.

Namun anehnya, kita malah terlalu sibuk dengan dunia sendiri. Menganggap palestina, bak iklan komersil biasa. Sebatas tayangan film, atau sinetron tak menarik belaka.

Padahal seharusnya, muslim itu ibarat satu tubuh, bukan?

Sakit yang satu, sakit pula yang lain, bukan?

Sedih yang satu, sedih pula yang lain, bukan?

Dan seharusnya, kita turut peduli.

Iya, kan?


 

 

Aneh

Aku, Ziya, Zahdan, dan Zhira. Dalam satu perjalanan bersama, tetiba saja muncul sebuah tanya.

"Anak-anak, jika misalkan abi sudah meninggal, dan Umi hendak menikah lagi. Apa kalian akan mengizinkan?" tanyaku.

Ada hening selama sekian jeda. Hingga akhirnya kak Ziya yang pertama membuka suara.

"Enggak, abi! Kakak mah nggak ngizinin!" jawabnya.

"Kenapa?" tanyaku, lagi.

"Em.. Kenapa ya? Pokoknya Ziya mah gak mau ada orang yang lain. Gak mau ada abi yang lain" jawabnya.

Aneh, memang. Ziya yang biasanya paling toleran, mendadak tegas walau tanpa alasan.

Aku lantas beralih ke anak berponi.

"Kalau Zahdan, gimana?" tanyaku

Yang ditanya malah terdiam. Untuk kemudian, menjawab pelan.

"Eng.. Enggak mau, abi!" jawabnya.

"Kenapa?"

"Gak tau. Pokoknya gak mau!" jawabnya.

Lagi-lagi, aneh. Zahdan yang biasanya selalu menjawab lantang, selalu punya alasan, dan acapkali punya jawaban, kali ini kalimatnya jauh berbeda.. seolah mengambang.

"Hm.. Terus, gimana kalau yang mau nikahin Umi teh orangnya lebih baik dari abi. Sholeh, kaya, ganteng, sama lebih perhatian sama kalian. Dan, umi keliatan bakal jauh lebih bahagia sama dia. Gimana?" kejarku.

Keduanya lantas terdiam. Hingga tak lama kemudian..

"Tetep gak mau!" jawab Ziya, tegas sekali.

"Iya!" dukung Zahdan, kali ini suaranya lebih lantang.

Walau keduanya berbeda belahan otak dominan, namun ternyata dalam hal ini mereka bisa satu suara.

Tiba-tiba..

"Zhira mah mau sama abi, zhira kan anak abi.. Abinya gak boleh meninggal" ucap Zhira, kulihat kedua matanya berkaca-kaca.

Ah, si anak penuh cinta. Walaupun masih balita, dia seolah mengerti apa yang kami bicarakan.

#maziyamufidahmumtazailmi

#muhammadmuzahdanmumtazanazmi

#mazhiramutsbitamumtazahathfi

 


 

 

Si Anak Lucu

Si Anak Lucu, itulah gelar yang kusematkan padanya. Anak yang kerap membuat tawa, betapapun kita berusaha serius dalam berkata.

Dia juga yang seringkali berhasil membujukku membeli sesuatu. Ingin jajanan-lah, mainan-lah, mandi bola-lah, hingga 'keukeuh' meng-ekori kemanapun aku pergi.

Jika aku tegas menggelengkan kepala, zhira akan langsung berkata,

"Plis atuh, abi.. Plis", ucapnya. Sembari dua bola mata dikedipkan sedemikian rupa, serta ekspresi penuh harap di raut menggemaskannya.

Kombinasi itu acapkali membuatku luluh. Berubah mengangguk, lalu tahu-tahu, di atas pundak dia terduduk. Begitu girang tertawa-tawa, memperlihatkan sederet ompong di bagian mulutnya.

Dulu, aku tak pernah berencana menjadikannya serial buku. Hanya berusaha mematri beragam kenangan, dalam bentuk catatan-catatan ringan.

Mengulang kejadian demi kejadian, dalam rentetan kalimat yang dituturkan.

Siapa sangka, anak-anak ternyata suka. Membuatku terus menulis lagi dan lagi. Bukan! Bukan demi sejumlah royalti. Namun hanya agar mereka merasa bangga dan senantiasa berseri.

#mazhiramutsbitamumtazahathfi

#ragamcintabersamazhira


 

 

29/10/2023

Berbagi

 Kegiatan IQAS kemarin sore. Pasukan SaJdAh bergerak ke Garut kota, untuk membagi-bagikan sejumlah nasi kotak kepada para pejuang nafkah.

Ada mamang parkir, mamang gojek, pengayuh becak, abah tukang sol, hingga ibu-anak berkostum badut.

Merekalah yang setiap harinya teramat bermandi keringat, mengais-ngais segenggam rezeki, lalu mendulang setampuk lelah.

Semoga secuil huluran dari IQAS ini, menjadi penyemangat mereka untuk tetap berjuang, serta untuk tetap melangitkan do'a, hanya pada Allah semata.

Teringat pada Baginda Nabi yang suka sekali memberi, inilah hal yang coba anak-anak IQAS teladani.

Maka ingatlah hari ini, Nak! Tanam lekat raut kerut wajah mereka. Selam dalam suara parau terima kasih mereka.

Kemudian, simpul mati di jangkar hati. Agar ketika kalian dewasa nanti, hati itu tidak akan terangkat tinggi.

#IstanaQuranAnakSholeh


 

 

 

27/09/2023

Menghujam Bahagia

Masih serba terbatas, memang. Lapangan yang berdebu, perlengkapan yang hanya satu, pengetahuan yang sekilas adanya, semua serba sekedarnya saja.

Namun, lihatlah! Ditengah semua itu, ada sederet senyum dan sekepal gembira, ada setampuk tawa dan segulung bahagia.
 
Terlebih jika warna kuning yang terkena, entah itu disengaja ataupun tidak. Yang pasti, si penarik busur akan langsung terkekeh dan melonjak girang. Sedang yang lain tercengang memandang, kemudian tulus bertepuk tangan.
 
Bukan.. Ini bukanlah kegiatan membidik tepat sasaran, ini adalah kegiatan menghujamkan kebahagiaan.

20/09/2023

Kereta Lama

 

Menyaksikan Zahdan di pameran sains fair kemarin, yakni ketika seragam masinis gagah dia kenakan, pun tatkala project kereta bertenaga surya miliknya dijelaskan. Sesungguhnya telah berhasil menarik ingatanku, akan momen lima tahun ke belakang.

Ya, momen ketika seorang anak kecil berjaket merah berjingkrak-jingkrak teramat girang. Bersamaan ketika barisan gerbong kereta melambat dan berhenti tepat di hadapan. 
 
Apalagi tatkala klakson panjangnya dibunyikan, TOOOT! Nyaring sekali. 
Setengah melompat, anak tersebut langsung berpura-pura kaget, lalu tertawa lepas tanpa bisa ditahan.
 
Kala itu, aku memang sengaja membawanya ke stasiun. Bukan, bukan dalam rangka bepergian. Melainkan hanya agar Zahdan bisa melihat kereta betulan.
 
Dan cerita tentang kereta itu, nyaris tak pernah berhenti hingga beberapa hari kemudian. Videonya pun kerap ditonton berulang-ulang.
 
Kau ingat itu, Nak? 

Mikel dan Zahdan

 

Mikel dan Zahdan. 
Dulu, dan sekarang. 
Sekian tahun terpisah jeda, mereka sudah meninggi beberapa angka.

Pipinya memang tak lagi segembil dulu. Parasnya pun sudah tak lagi terlihat lucu.
Namun kini, ada yang berbeda pada sorot matanya. 
Tersemat tekad, terpancar azam yang kuat.
 
Kian merebak tatkala aku bertanya.. apa cita-citamu, nak?
 
'Menjadi tentara', tegasnya, tanpa ada nada yang terbata.
 
Dalam hati aku mengaminkan, lalu berkata beberapa kalimat.
 
'Bagus, maka jadilah bukan hanya tentara saja. Tetapi tentara yang sholeh. Karena tanpa kesholehan, do'amu tak akan sampai kepada ibu dan bapak"
 
Anak itu lantas mengangguk tanda mengerti. Ada aura takzim ketika aku menyebut kata orang tuanya.

Sharing kak Ziya

Sharing kepenulisan ka Ziya bareng SMP Bestari. 
Gugup? Tentu saja. 
 
Ziya memang belum berpengalaman banyak menjadi pemateri. 
Meski dari beberapa hari kemarin, anak itu sibuk mempersiapkan segalanya sendiri. Mencari materi, menyiapkan file, sampai berkomunikasi dengan sang guru untuk membuat janji. 
 
Semoga dengan begini, kemampuan public speakingnya kian diperbaiki. 
 
Ah, Ziya. Kau kini sudah bertambah dewasa.

04/09/2023

Dongeng Kemerdekaan

Pagi ini, Istana Quran Anak Sholeh (IQAS) dikunjungi kak Yeni dari Kampung Dongeng Indonesia. 

Alhamdulillah, acara berjalan lancar dan seru. Anak-anak tertawa riang, gemas ingin bersalaman dengan boneka nenglis. Di mata mereka, nenglis itu nyata. 

Mungkin, kejadian ini kan terkenang oleh mereka, kala nanti beranjak dewasa. Nasihat-nasihat sederhana, sampai berkumpul dan murojaah bersama. 

Semoga nanti di alam baqa, kita semua dikumpulkan kembali dalam bahagia yang sama. Bergandengan tangan masuk ke istana di surga, buah dari kesabaran dan ketaatan kita menjadi anak-anak yang sholeh. 

Aamiin.. Allahuma Aamiin..

#IstanaQuranAnakSholeh


 

Bazar TBM

Selayaknya permata, yang paham nilainya hanyalah pemilik dan para ahli batu mulia. Di mata yang awam, permata tak lebih dari seonggok batu biasa. 

Pun Taman Baca Mumtaza, gerakan literasi ini boleh jadi dianggap angin lalu, disangka tiada berguna. Berbeda jauh dengan cafe kopi, mall, atau tempat olahraga.

#TamanBacaMumtaza


 

 

Jagoan Andalan

"Abi, tugas aku apa?" pertanyaan yang kerap dilontarkan zahdan, ketika melihatku tengah mengerjakan sesuatu.
 
Padahal, selama ini dia memang sudah banyak membantu. Dari mulai mengecat tembok, menjagai zhira, hingga berjalan berkeliling perum untuk mengumpulkan kencleng infak. Seakan dia lupa akan asma yang menjangkitnya, seolah dia sehat seperti anak pada umumnya.
 
Maka maafkanlah, nak. kali ini aku harus menggeleng dan mengatakan 'tidak'. Ditambah berbisik dalam hati, 'kau sudah banyak membantu abi'.
 
Zahdan pun melenggang pergi, dan sedetik kemudian, dia terdengar bertengkar dengan zhira. Aduuh.. Si bungsu itu jelas tak mau kalah dengan kakaknya.
 
Hmm, Mazhira. Mungkin aku harus menulis buku tentangnya juga. 

Al Jabbar

Dalam sapuan pandang yang menakjubkan, pun dalam tawa canda anak-anak di pelataran. Diri justru tertunduk resah menatap kaki.

Sudah sejauh ini, apakah kau ingin berhenti?
Apakah kau sungguh-sungguh hendak berhenti?
 
Rihlah ini, sejatinya bukan hanya dari Garut menuju Sumedang. Bukan pula dari Al Muhajirin menuju Al Jabbar.
 
Namun lebih dari itu, rihlah adalah dari hati yang kurang bermakna. Menuju hari yang bermanfaat bagi sesama.
 
Rihlahku sendiri berangkat dari diri yang kelam dan pelik. Berpayah-payah menuju kondisi yang berkali lebih baik.
 
Ya, aku tahu.. IQAS yang dikelola, sejatinya tak pernah membutuhkanku. Dia akan berdiri, berjalan, dan membesar dengan kuasa Sang Maha Besar. Dia akan mengakar, menjulang rindang, dan manfaatnya menyebar dengan kehendak Al Jabbar.
 
IQAS tidak pernah membutuhkanku. Justru akulah yang membutuhkannya.
 
Allah Maha Tahu. Sudah terlalu banyak lisan ini menyakiti orang lain. Sudah terlampau sering tingkah ini melukai orang lain. Gelimang dosa, tinggi menggunung tiada terhitung. Yang tentu saja, tak bisa pudar hanya dengan istighfar yang hambar.
 
Dan IQAS, sesungguhnya adalah wadah memperbaiki diri, menebus diri dari kejahatan di masa lalu. IQAS adalah wadah yang Allah beri, agar bisa menanam amal pengganti.
 

24/06/2023

Project Kereta Tenaga Surya

Tak kurang dari dua minggu, Zahdan dan aku berjibaku. Project kereta tenaga surya ini, memang lebih rumit dibanding tiga yang sebelumnya.
 
Sebutlah Payung Tata Surya, yang hanya mengandalkan payung dan bola-bola bekas. Pintu ajaib Zahdan, hanya membongkar satu celengan bekas, sisanya lebih banyak berkutat dalam saklar mini yang dirangkaikan seri. Sedangkan Api didalam Laut, hanya menggunakan satu styrofoam dan galon bekas, ditambah beberapa perlengkapan akuarium.
 
Beda halnya dengan project yang ini, entah sudah berapa buah mainan Zahdan yang dibongkar habis. Diambil bagian lampu, motor, remote, wadah baterai, atau sistem mekaniknya. Merasa tak cukup, mainan Zhira pun tak luput jadi sasaran. Sengaja dibongkar untuk penggerak ombak buatan. Ah, jika anak lucu itu tahu, dia pasti akan menangis meminta ganti yang baru.
 
Dalam bekerja, Zahdan khusyu membuat papercraft, merangkai jalur rel, serta mengecat. Sedangkan aku, fokus pada sistem gerak kereta dan simulasi-simulasi pembangkit. Tak jarang Zahdan bekerja sambil menahan kantuk, gegara jam tidurnya yang sudah sangat-sangat terlewat.
 
“Abi.. aku boleh tidur duluan?” ucapnya, dengan mata sayu.
 
Aku langsung melirik jam, menghela napas pelan, lalu mengangguk membolehkan.
 
Terkadang pula, kala kami tengah bekerja, Zahdan juga lah yang memberitahuku letak alat dan bahan. Sesuatu yang kerap luput dari pandangan.
 
“Zahdan, gunting dimana? Tadi dipake ya? Abi butuh buat ngegunting, ini!” tanyaku.
 
“Aduh, itu Abi! Guntingnya ada di dekat kaki Abi sendiri!” jawabnya, sambil tertawa.
 
Aku langsung beristighfar. Maklum, ruang Taman Baca yang dipakai untuk mengerjakan project, sudah kian terlihat berantakan. Sulit menemukan benda yang dicari dengan cepat.
Selang beberapa menit kemudian,
 
“Zahdan, obeng dimana? Simpen lagi kesini atuh, abi susah nyarinya!” ucapku.
Zahdan menoleh. Matanya melacak sebentar, kemudian menyingkap potongan styrofoam disampingku.
 
“Ini, Abi! Ketutupan sama ini!” jawabnya, lagi-lagi sambil tertawa.
 
Akupun beristighfar lagi.
Ah, project ini benar-benar menguras konsentrasi dan ingatan. Semoga bisa selesai sesuai dengan batas waktu yang ditentukan.
#Kreospora
#TamanBacaMumtaza
 



 

18/05/2023

Keliru

Kalian keliru!

Ya, kalian keliru mengira matahari hanyalah satu,

Karena sebenarnya, ada banyak sekali matahari di alam semesta.

Sebut saja Arcturus, Si Bintang Merah Raksasa yang menyala.

Ada juga Sirius, putih-biru yang berkedip dengan banyak warna.

Ada Betlegeus.. Ada Antares.. ada Aldebaran..

Serta bintang-bintang lain, yang perkiraan jumlahnya adalah,

lebih dari dua setengah kali, dari jumlah seluruh Butir Pasir di planet kita.  

 

Kalian keliru!

Ya, kalian keliru menyangka mimpi hanyalah satu.

Karena sejatinya, ada teramat banyak mimpi di depan sana.

Patah di mimpi yang satu, masih ada mimpi-mimpi lain yang menunggu.

Gagal di cita yang satu, masih ramai cita lain yang bisa kalian buru.

Jatuh.. bangkit lagi.

Kalah.. berusaha lagi.

Tumbang.. berjuang kembali.

Percayalah bahwa kalian tak pernah sendiri, ada Allah yang senantiasa mendampingi.

Dzat yang berada dekat, bahkan dari urat leher kalian sendiri.

 

Jadi, jangan berhenti!

Teruslah merakit mimpi!

Teruslah berikhtiar di jalan Illahi!

Hingga ketika Allah berkehendak menjadikannya nyata,

Maka tidak ada satu orang pun yang bisa menghalanginya.