06/05/2019

Kolecer

Dalam beberapa kesempatan, tak jarang Zahdan mengajakku ke tempat ini. Ya, sebuah lemari besar berwarna merah, yang diisi dengan berbagai buku. Lemari ini ditempatkan di salah satu taman umum pinggir jalan raya, Taman Kiansantang namanya.

Mengingat letaknya yang berada di tengah keramaian, membaca buku disini butuh konsentrasi yang tinggi. Suara deru angkot yang berseliweran, klakson mobil yang bersahutan, serta orang-orang yang berlalu-lalang. Belum lagi panas terik yang menyengat bukan kepalang. Praktis membuat kegiatan membaca tak se'damai' kala berada di Perpustakaan.

Tapi hey, mungkin disitulah uniknya. Kita jadi mendapat sensasi baru dalam membaca. Layaknya belajar berenang, meluncur di kolam yang tenang tentu berbeda dengan berenang di kali yang jeram.
Adakalanya, tetap tenggelam dalam bacaan meski di'ganggui' keramaian sekitar, ternyata jauh lebih seru dan menantang.

Sedangkan Zahdan, anak kecil berponi itu tak bisa berlama-lama duduk dan membaca. Benar, Ia memang belum bisa membaca, hanya asyik melihati gambar dan sibuk minta diceritakan perihal isinya. Namun bukan itu masalahnya, melainkan karena Kami belum punya waktu yang lapang untuk berkunjung kesana. Masih sekedar singgah sebentar ketika hendak menuju ke tempat lain.

Ups, lihat saja di foto. Anak itu sudah sejak dari rumah bertanya, akankah kami singgah di kotak merah (Kotak Literasi Cerdas/ Kolecer) lagi. Zahdan bahkan sigap mandi dan menggosok gigi sendiri, menyiapkan baju gambar astronotnya sendiri, serta begitu rapih menyisir rambutnya sendiri kesamping kanan. Membuat poninya lenyap dalam sekejap. Yah, Zahdan kini memang lebih terlihat dewasa dan bergaya.

Sepertinya Aku harus mulai berhenti memanggilnya anak kecil berponi.