24/10/2021

Jalan Hidup

Ada masa, ketika kita dimudahkan didalam ujian.

Walau tertatih dan terseok, terbuang dan terbengkalai, 
kita tetap bisa melewatinya, bukan?
 
Sungguh, Allah tak pernah membiarkan kita berjalan sendirian.
...
 
Kemudian masa berganti, 
ketika dalam kemudahan kita diuji.
 
Apa dengannya dagu jadi terangkat tinggi? 
Apa jumawa jadi leluasa menguasai hati?
 
Sungguh, Allah tak pernah menyukai adanya kesombongan.
...
 
Lalu masa berganti..
 
Dimudahkan lagi..
 
Diuji lagi..
 
Dimudahkan berulang kali..
 
Segala kondisi tak akan lantas berubah menjadi abadi.
 
Ah, bukankah dunia ini sejatinya memang merupakan ujian?
 
Tempat fana dimana kita berusaha keras mencari bahagia. 
 
Tempat dimana sebagian manusia mengejar-ngejarnya dengan jalan kesenangan. 
Uang, harta, jabatan, segala yang sifatnya melalaikan dan melenakan.
 
Padahal, sebagian manusia lagi berhasil meraih bahagia, justru dengan jalan ketenangan.

19/10/2021

Berhenti

Berhenti!

Berhentilah ayah/bunda!

Kumohon, berhentilah terus memarahi dan menyalahkan ananda!
 
Anak-anak kita yang malas ketika disuruh shalat, 
 
atau mereka yang enggan ketika diminta berhijab.
 
Berhenti menyalahkan mereka!
 
Berhentilah sejenak, berdiam diri barang sesaat.
...
 
Ayah, Bunda.. Sesungguhnya anak-anak adalah peniru ulung, bukan? 
Mereka adalah cermin atas apa yang sehari-hari kita lakukan. 
Mereka belajar cepat dari lingkungan sekitar.
 
Baik atau buruk, bagus atau jelek, layak atau tidak layak, 
selalu ada dorongan besar untuk ikut-ikut meniru. 
Mereka sungguh butuh arahan dari orang dewasa, 
orang tua terutama.
 
Dan orang tua mereka adalah anda, para ayah, para bunda!
 
Orang tua mereka bukanlah google atau youtube, 
bukan pula instagram atau facebook. 
Orang tua mereka bukan tiktok, mobile legend, atau game-game online lainnya.
 
Menyerahkan peran orang tua pada dunia maya, 
ibarat meleburkan diri menjadi tak kasat mata. 
Wujud kita bak lenyap di mata mereka.
 
Maka, jangan heran ketika mereka tak menyahut lagi kala dipanggil. 
Tak menurut lagi ketika diminta.
 
Pun dengarlah redaksi kalimat yang meluncur dari mulut mereka, 
yakni, 'kata google juga...', 'kata facebook juga'. 
Yang mereka ucapkan dengan wajah yang bangga.
 
Bukan lagi 'kata ayah aku..'. 
Atau tak ada lagi.. 'kata ibu aku..'.
 
Lebih jauh, pantas saja jika mereka marah ketika gadgetnya disita. 
Mengamuk, berontak, 
karena kita seolah-olah tengah merampas orang tua mereka.
 
Padahal ketika kita yang pergi, mereka terlihat santai-santai saja.
 
Gembira malah..
...
 
Ayah, bunda, mari sejenak berhenti dan berintrospeksi. 
Perilaku buruk mereka, boleh jadi sebenarnya gegara kita.
 
Iya, gegara kelakuan kita. 
 
Kita yang menyebut diri sebagai orang tua.
 
Boleh jadi, semua karena doa kita yang sering sekali tergesa-gesa.
 
Lantaran istighfar kita yang kering dan tanpa rasa.
 
Karena taubat kita yang tanpa nasuha.
 
Atau karena ibadah kita yang masih saja terselip riya.
 
Astaghfirullaah...