09/03/2013

Demam Singkat


Setiba di rumah kemarin sore, aku tidak mendapati ziya menyambut dengan senyuman seperti biasanya. Yang kudapati adalah ziya yang terbaring lemah di atas ranjangnya. Wajahnya memerah, suhu badannya tinggi, ditambah sedikit terbatuk2.. ziya demam, dan yang pasti..enggan dibawa ke dokter.

Tak perlu menunggu waktu lama, aku bergegas ke apotek, membeli obat panas dan kompres untuk anak, bukanlah masalah besar, hanya memerlukan waktu 15 menit prosesnya. Yang menjadi masalah adalah, cara membujuk ziya agar mau ditempeli kompres tersebut. Debat berkepanjangan dengan ziya yang terus mencoba berkelit, membujuk dengan segala cara agar ziya mau memakainya. Setengah jam kemudian barulah ziya bersedia, dengan catatan..hanya setengah bagian..dan hanya sebentar. Alhasil komprespun dibagi menjadi dua bagian, lalu ziya pun ditempeli satu bagian darinya, yang tentunya..sambil menangis histeris.. he..

Untuk menenangkannya, akupun melantunkan cerita2 princess, perhatian ziyapun sekejap teralihkan dan menjadi tenang. 4 cerita berlalu, ziya lalu teringat kembali, dan meminta (mungkin lebih tepatnya merajuk) meminta kompres di keningnya dilepas. “ziya itung sampe 7 ya..trus dilepas” ujarnya. Aku menahan senyum, biasanya kata2 itu yang kugunakan ketika ziya enggan beranjak dari ayunan, membujuk agar ia mau masuk ke kelas seperti anak2 yang lain. Tapi aku tak kehilangan kata2, “ziya..tuh lihat dibungkusnya ada tulisan untuk dipakai 10 jam..” kataku. Ziya pun diam menuruti kata2ku. Fuuh.. untung saja ziya belum mengerti berapa lamanya jam sebagai ukuran waktu, mungkin ia hanya menganggap hitungan 7 ke 10..ga beda jauh lah.. he.. biarlah, meski beberapa menit kemudian, ziya kembali bertanya, “abi, kok dikompresnya lama sekali yaa…?”..

Jam 4 dini hari, ziya terbangun.. lalu tiba2 saja ia bergumam “ummi, ziya kan udah sembuh, berarti ziya bisa sekolah dong..” katanya. “iya..” jawab umminya. Akupun memegang kening ziya, Alhamdulillah..panasnya memang sudah turun, tapi suhu tubuhnya masih belum terbilang normal. “ziya beneran mau sekolah?” tanyaku. Ziya menjawabnya dengan anggukan mantap. Hmph.. ya sudahlah kan kutunggui ziya di sekolah, hawatir ketika panasnya kembali naik, langsung kubawa pulang untuk istirahat di rumah. “kalo ziya pusing, cepet bilang ya..” pesanku.

Ternyata yang dikhawatirkan tidaklah terjadi. Lihatlah, ziya malah tersenyum riang, sesaat setelah bel tanda pulang berbunyi, dan pintu gerbang sekolah dibuka. Kuraba keningnya, Alhamdulillah..tidak panas lagi, dan tidak terlihat keadaaannya yang berbeda.

Yang justru berbeda adalah, siang ini ziya tidak ingin lekas cepat2 pulang, atau berlari mengejar kupu2 seperti biasanya. Ia malah menoleh ke belakang, dimana berdiri seorang temannya disana. “kenapa, kayla belum ada yang jemput?” tanyaku. Teman ziya yang bernama kayla tersebutpun mengangguk. Ziya memang terbilang sering bercerita tentang temannya ini, sepertinya ia adalah teman yang paling dekat dengan ziya. “mm.. ziya mau temenin dulu kayla main, sambil nunggu ayahnya kayla jemput?” tanyaku pada ziya. Yang ditanya langsung mengangguk mantap “IYA..!” Mereka lalu berpegangan tangan satu sama lain sembari menyusuri pelataran sekolah, dan bermain bersama..

Singkat cerita, ziya telah tiba di rumah, setelah sepanjang perjalanan pulang ia mengoceh terus menerus. Berteriak setiap melihat kupu2 yang melintas, Tanya ini itu, termasuk ketika di depan pintu rumah ia melihat serombongan semut yang berbaris. “abi..abi.. kalo semut itu ato baik ato jahat..?” tanyanya menggemaskan. (ziya belum bisa memahami benar cara menempatkan kata “atau” dalam kalimat, jadinya terdengar lucu, dan..harus dilatih lagi.. he..). “mm.. ada yang baik.. ada juga yang belum baik.” Jawabku. “artinya semua hewan ato manusia juga sebenarnya ga ada yang jahat, Cuma mungkin belum jadi baik aja..” lanjutku, entah ziya mengerti atau tidak atas penjelasanku, toh yang diberi penjelasan malah asyik sendiri membuka gulungan kalender yang dibagikan dari sekolah, lalu berteriak “Abiii.. lihat..!!” ujarnya dengan mata yang berbinar, senyum yang menggemaskan, dan jari mungilnya menunjuk ke photo di bagian tengah kalender. “mana..?” ujarku. Tampak seseorang yang sangat tak asing tengah tersenyum manis disana.

Ya.. terlihat photo ziya dengan senyum sumringahnya sedang berada di tengah teman2 sekelasnya. Entahlah, sepertinya sang photographer harus berjuang keras untuk mendapatkan photo anak2 dengan pose rapih dan tertib seperti ini.. “ziya, ini lagi main apa?” tanyaku karena terlihat semua anak dalam photo sedang memegangi alat musik. “ini ziya lagi main ANGKUNG” (maksudnya angklung) jawab ziya. He.. tambah satu lagi deh kata2 ziya yang harus dilatih..
(repost 18 Febr 2013)

No comments:

Post a Comment