30/08/2014

Surat untuk abi

Jam 08:00 pagi, rumah terlihat sepi. Ziya pasti sudah diantar Umminya sejak satu jam yang lalu. Sejak masuk ke SD, ziya memang harus pergi lebih awal. Tidak seperti waktu di TK dulu, ia kerap menungguiku pulang untuk mengantarnya. Tak ada aturan harus datang tepat waktu di TK. Meski begitu, ziya tampaknya bersemangat sekolah di tempat yang baru. Tak ada lagi istilah mogok sekolah seperti dulu. Padahal di SD jam belajarnya lebih lama, pelajaranpun lebih banyak, kadang aku merasa kasihan juga melihatnya membawa tas besar dipunggung yang berisi buku-buku lumayan berat. Akan tetapi rasa kasihan itu menghilang ketika pulang sekolah ziya bercerita banyak tentang asyiknya bersekolah, tentang teman-temannya, tentang jajanannya, semua ia ceritakan dengan penuh semangat. Kemarin saja ia bercerita "abi, ziya disuruh sikat gigi pake pep**dent sama bu guru, padahal ziya mah ga mau, pepsodent nya mau dikasiin ke orang lain aja" ujarnya. "memang ziya ga tanya sama bu guru, boleh pake yang lain ga pasta giginya?" tanyaku. Ziya menggeleng acuh, "ga tau, da kata bu guru pake pep**dent" jawabnya. Aku baru mengerti ketika membuka tas ziya, disitu terdapat sikat gigi dan pasta gigi merk pep**dent, sepertinya dibagi gratis dari sekolah. "Ooh.. ini mah dikasih nak, ga apa2, kita kan ga beli" kataku. Sepertinya ziya masih ingat ceritaku minggu kemarin tentang palestin yang dijahati israel, tentang produk2 yang ternyata buatan israel, serta untuk memboikot produk-produk tersebut. Ziya menggeleng lagi "ngga ah, ziya mah mau pep**dent nya mau dikasih ke orang lain aja" tegasnya. Aku mengalah, lalu mengangguk mengiyakan. Dalam hati ada rasa bangga atas sikap ziya tersebut.
Jam 08:02, aku baru menyadari bahwa ada yang berbeda dari keadaan di rumah. Tampak sebuah kertas menempel di pintu kamarku. Didalamnya terlihat gambar ziya, berikut tulisan-tulisannya. Aku mencoba memahami maksud gambarnya, membaca tulisannya, lalu tersenyum.. Ziya..ziya.. ada-ada saja anakku ini..

02/08/2014

Muzahdan

Bagi yang belum kenal, mari saya perkenalkan.. Namanya Muhammad Muzahdan Mumtazan Azmi. Biasa disingkat dengan nama panggilannya, Zahdan. Nama ini kerap membuat lidah (suku sunda khususnya), menemui kesulitan melafalkannya. Seringkali orang menyebutnya "dadan", "jasdan", atau "jahdan". Tak berbeda ketika menyebut zebra dengan "jebra", zorro menjadi "jorro", dan maziya dengan "majiya".
Zahdan lahir pada tanggal 8 april tahun 2013 lalu. Dengan proses kelahiran yang Alhamdulillah diberi kelancaran, dan kesehatan bagi sang bayi berikut ibunya. Zahdan adalah anak kedua kami, artinya ia adalah adik dari maziya (kini lebih senang dengan sebutan kaka ziya).
Banyak yang berkomentar, zahdan itu berbeda dengan ziya. Mungkin bisa dikatakan kebalikan ziya adalah zahdan, dan kebalikan zahdan adalah ziya. Hal ini karena sikap zahdan yang selalu ramah dan tersenyum. Baik itu pada keluarga, saudara, tetangga, orang yang baru dikenalnya, bahkan pada kucing yang lewat pun zahdan selalu memberi senyuman. Membuat orang begitu greget melihatnya, dan tentunya menimbulkan rasa penasaran untuk membuatnya tersenyum kembali. Kata umminya sih, zahdan itu suka TP (tebar pesona), he.. Sepertinya zahdan memiliki karakter ekstrovert yang dominan, berbeda dengan ziya yang introvert, yang enggan untuk tersenyum, bahkan seringkali marah ketika disapa.
Kedua, zahdan memiliki ketahanan fisik yang hebat. Meski ia seringkali dibawa kesana kemari, dititipkan pada sang bibi, dan diboncengi motor berulang kali, zahdan Alhamdulillah sehat luar biasa. Entah mungkin karena ia adalah anak laki-laki. Atau mungkin juga pengaruh dari pola makannya yang kuat. Semangka, pisang, ubi, semua ia lahap dengan semangat. Bahkan rasanya, tak ada makanan yang tidak ia suka. Membuat acara menyuapinya menjadi momen yang begitu "melelahkan". He.. Karenanya, aku sering menjulukinya dengan sebutan super zahdan, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi seolah tengah terbang di angkasa. Yang diangkat malah tertawa-tawa senang sembari menggerakan tangannya.
Kaka ziya sempat cemburu dengan kehadiran zahdan. Betapa tidak, zahdan selalu menyita perhatian kami. Berguling-guling di kasur hingga jatuh dari tempat tidur, menggigiti buku dan kabel, sampai acara pipis dan pup nya. Sementara ziya lebih sering bermain sendiri, sekedar mendandani boneka-bonekanya, atau menggambari kertas kosong dan mewarnai bukunya..sendiri.
Terkadang ketika diminta untuk menemani zahdan, ziya mengajak main dengan caranya sendiri. "zahdaaan... lagi aapaa..?" itulah kata sapaan favorit ziya untuk zahdan. Dan zahdan akan menjawabnya dengan senyuman berikut celotehannya yang belum jelas. Ziyapun seringkali melompat-lompat di atas kasur, membuat super zahdan tertawa-tawa sambil sesekali berteriak girang.
Bagaimanapun tersitanya perhatian kami, bagaimanapun tersainginya ziya sekarang ini, ziya tetap menyayangi zahdan sepenuh hati. Ketika zahdan menangis karena terantuk sesuatu, ziya sering berkata dengan mata yang berkaca, "ummi mah da, kasian kan de zahdan nya jadi nangis.., jagain atuh.." ujarnya. Begitupula ketika kami memintanya untuk mengambilkan popok dan celana zahdan saat ia ngompol. Zia akan segera melangkahkan kaki kecilnya itu ke lemari pakaian zahdan.
Usia 1 tahun, Zahdan kian menggemaskan. Lima buah gigi kecil yang berderet berbariskan, membuatnya semakin bersemangat menggigiti kue dan makanan. Keripik kentang yang biasanya kuhabiskan sendirian, kali ini menjadi bahan rebutan dengan zahdan.
Di bulan puasa, makanan tajil jatah ziya kerap terbagi dua dengan adiknya. Ziya tampaknya tak keberatan membaginya. Tanda bahwa ia pun sayang kepadanya. Satu hal yang ia tak suka, hanya mainan laba-laba karet milik zahdan. Ziya selalu bergidik dan berlari sembunyi di kamar saat melihatnya. Sedangkan zahdan, acuh saja sembari mengigiti laba-laba tersebut. "Bah.. bah.." itu katanya.