16/03/2013

Gaya bermain anak

Alhamdulillah, seorang berilmu telah meminjamkan sebuah buku padaku.. "cerdas mengasuh anak". Sesuatu yang kuperlukan untuk menambah referensi metode dalam menggali potensi yang dimiliki ziya kecil. Satu hal yang sangat menarik, dalam buku tersebut disebutkan mengenai pengamatan terhadap anak2 yang bermain, berikut kata2nya :
Menurut Mildred B.Parten (1932) ada enam gaya bermain anak:
1. Unoccupied play: anak hanya berposisi sebagai pemerhati anak lain yang bermain
2. Onlooker play: mereka melihat dan bertanya pada anak lain yang bermain, tetapi tidak mau terlibat
3. Solitary play: mereka bermain dengan barang mainannya tanpa ada keterlibatan dengan temannya, terkadang juga ngomong sendiri
4. Paralel play: mereka sama-sama bermain dengan temannya (bukan bermain bersama), masing2 memainkan barang mainan yang dibawa, tanpa ada interaksi dalam permainan
5. Assosiative play: mereka saling tukar barang mainan, namun tidak ada aturan yang mereka sepakati
6. Co-operative play: mereka bermain dengan aturan yang mereka sepakati, misalnya bermain bola, perlombaan naik sepeda, bermain game di komputer, dan biasanya menerapkan hukum siapa yang kalah dan siapa yang menang

Aku langsung mengingat2, Ziya berada pada tipikal anak dengan gaya bermain seperti apa. Hmm..sepertinya dulu ziya seringkali berada pada posisi Onlooker Play, namun seiring perkembangan sosialnya, ziya terkadang berada pada posisi Assosiative play.
Yakinlah, setiap anak memiliki kelebihan dan keunikan masing2, apapun cara bermain yang ia miliki. Tidaklah benar apabila ada seseorang mengatakan bahwa gaya bermain Co-operative play adalah yang terbaik. Semua tergantung dari sebesar apa kemampuan bersosialisasi anak tersebut. Sebagian anak memang mewarisi kecedasan ekstrovert yang mendukungnya dalam bersosialisasi, tapi ini bukan berarti anak yang kurang bisa bersosialisasi itu tidak cerdas, justru ia memiliki kecerdasan dalam bidang lain yang bisa membuatnya lebih berbeda. Dan seperti yang terjadi pada ziya, kemampuan bersosialisasi seorang anak akan berkembang seiring dengan usia dan perkembangan dunianya. Jadi, jangan khawatir.. he..
Dulu, sering sekali aku khawatir akan kemampuan ziya dalam bersosialisasi, karena ziya kecil sepertinya memiliki shyness yang kental. Dan ketika anak lain ia anggap "mengganggu", tak jarang ia menunjukkan ketidaksukaannya dengan peristiwa tantrum / "meledak".
Namun, aku salah telah meragukannya, ziya ternyata berkembang jauh dari yang kubayangkan, ia kini menjadi anak yang pemberani. Diwaktu lomba membaca surat Al-Ikhlas setahun yang lalu, Aku meragukan ziya..sangat. Namun yang diragukan ternyata menjawabnya dengan sebuah peristiwa luar biasa. ia berjalan sendiri, naik ke panggung seorang diri, lalu dengan microphone di tangan mungilnya ia membaca seluruh surat Al-Ikhlas, melupakan salam penutup, dan melonjak kegirangan saat turun dari panggung.
Jika saja bukan di tempat umum, mungkin aku sudah berlari ke arah ziya, memeluknya, mengangkatnya tinggi2, sambil berurai air mata haru.. Betapa tidak, ziya yang selalu bersembunyi di belakangku, ziya yang selalu menarik2 tanganku minta ditemani, ziya yang terlalu pemalu hingga hampir tak punya teman, telah.. berubah. 
Keberanian ziya yang lain ia tunjukan tanpa pernah kusangka. Saat di keramaian, ada pertunjukan topeng monyet. Ziya kecil meminta uang padaku. Dan berbekal uang di tangannya, ziya berlari sendirian mendekati monyet tersebut, lalu memberikan uang itu padanya, tak lupa bersalaman dengan sang monyet sembari tertawa2.. Aku yang semula khawatir ziya akan lari ketakutan, seketika langsung mengulum senyum. Orang2 di sekitar pun tersenyum.. "abi, tangan monyetnya kecil ya..kayak penelopi (maksudnya venelopee tokoh dalam film)" ujarnya sambil mengambil kembali mainan gelembungnya. tak menganggap aneh kejadian barusan.
Nak, kejadian2 yang mungkin "biasa" menurutmu itu, telah kuikat sebagai sesuatu yang "istimewa" bagiku. Sehingga suatu saat nanti kau membaca tulisan ini, kau akan tahu betapa aku sangat berbangga padamu.   


No comments:

Post a Comment