14/05/2016

Anak-anak Abi yg Hebat

"Assa.... ", ucapan salamku terhenti, dipotong begitu saja oleh teriakan dua orang anak kecil yang menghambur menghampiriku. "ABIII..." ujar mereka dengan kompaknya. Namun kekompakan itu tak berlangsung lama, karena tak sampai lima detik, keduanya berceloteh, berebut minta diperhatikan. "biih, jadan ibak, mata sampo. Hiii.. Pedih.. " ujar yg satu. Belum sempat aku berkomentar, kakaknya sudah memanggil-manggilku. "abiii.. Matanya tutup dulu.. Matanya tutup duluu!!" pintanya, kedua tangannya ia sembunyikan dibelakang. Aku bertanya "kenapa?", langsung ia jawab "pokonya tutup dulu!" katanya. Aku menurut, menutup mata kananku sembari menggendong zahdan. "satu lagii tutuup!!" teriaknya lagi. Aku lalu menutup mata kiriku, tapi membuka yang sebelah kanan. Sembari tertawa-tawa, ziya memprotesku lagi. "tutup matanya dua-duanya abiii!!!" ujarnya. "abiih.. Jadan wangii.." ujar zahdan tak mau kalah. "iyaa" ujarku sembari menutup dua mataku, dan lalu mencium rambut zahdan. "mmm.. Zahdan wangi sekali... Pake sampo tadi ya?" tanyaku. Yg ditanya mengiyakan, hendak bercerita, namun terhenti karena teriakan ziya. "TARAAA...!! Abi buka matanya, ini hadiah buat abi..!" ujar ziya, tersenyum sumringah, tangannya menyodorkan sesuatu padaku.
Sebuah kotak kecil dari kardus, diberi hiasan di sekelilingnya. Tampaknya ini murni buatan ziya. Gambar hiasannya bisa dengan mudah kukenali. Kotak itu diberi jinjingan, tak lupa ia beri juga tulisan di bagian depannya, "hadiah untuk abi tersayang, dari kaka ziya". Aku tersenyum, "waah.. Bagus sekali.. Ziya pasti bikin sendiri ya. Ma kasih ya ziya.. " ujarku tulus, tangan kananku mengelus-elus kepalanya lembut. Ziya tersenyum bangga, melirik hasil karyanya. "eh, bentar abi.. Belum dikasih bunga" katanya, sembari mengambil kembali hadiah itu, lalu berlari mengambil bolpoin. Aku mengiyakan, lalu mengalihkan perhatianku pada zahdan yg masih berada dalam gendongan.
"Zahdan tadi matanya pedih ya?" tanyaku. Yang ditanya mengangguk sembari cemberut. "kena sampo ya?" tanyaku lagi. Zahdan mengangguk kembali, lalu dengan bahasanya, ia memperagakan waktu kejadian itu ia alami. "tuu.. Mi.. Byuur.. Aduuh. Mata jahdan.. Heu...  Jahdan nangis." ucapnya, tak jelas. Aku tersenyum. "iya, ga apa-apa nak, kalo pake sampo kan rambut zahdan jadi wangi sekarang, kutunya pada pergi naik kereta api.  Oya, zahdan tadi mandinya sama percy atau thomas?" tanyaku. Zahdan menjawab "samaa... Mm.." ia seperti teringat sesuatu, lalu melompat turun, sepertinya hendak mencari kereta thomasnya.
Aku menghela nafas, malas membuka sepatu dari kaki kiri, lanjut kaki kananku. Tas yang memberati pundak inipun kuletakkan begitu saja di atas kursi tamu. Diatas meja, kulihat bungkusan plastik kecil berisi air kunyit. Tentu saja, ini pasti untukku. Lambung kronisku ini baru mulai terasa membaik setelah rutin meminum air kunyit setiap hari. Kali ini perutku memang rasanya sedikit mual, dan kepalaku terasa pusing. Karenanya, tanpa membuang waktu,  bungkusan air kunyit itu segera kuambil, hendak kuminum. "bismi.. " bacaanku kembali terpotong, karena tiba-tiba, dua orang anak kecil kembali berteriak, berlari mendekatiku. "ABIII..  Ini udah jadii!!! " teriak ziya, mengangkat hadiahnya tinggi-tinggi. "BIIH... Ni persi sama tomaas jadaaan...!!" teriak zahdan, tak mau kalah, menyodorkan dua mainan kereta itu ke hadapanku. Aku tersenyum, dua kereta zahdan kuterima, lalu kumasukkan kedalam kotak hadiah dari ziya. "ma kasih ya nak.. Ziya sama zahdan memang anak2 abi yg hebat" pujiku. Dua anak itu tersenyum lebar.