14/10/2017

Tik Tok

Tik tok..
Ribuan nyala lampu terbentang di sebuah hamparan.
Serupa pantulan langit malam yang berbintang-bintang begitu terang.
Aku menatap mereka dari delapan ratus dan lima puluh.
Tuhan, diri ini semakin sepuh.

Tik tok..
Pawai obor sudah dimulai, sekejap lintasan mengular berderai-derai.
Hamparan bumi menyala sedemikian ramai.
Lagi-lagi Aku meninjau di ketinggian rinai.
Tuhan, usia ini terlerai, sehelai demi sehelai.

Hari ini..
Sebuah tahun pergi berlalu, berganti buku dengan tahun yang baru.
Duhai, bagaimana dengan diriku?
Bilakah jiwa ini berlalu, adakah yang kan menangisi kepergianku?

Hari ini..
Sebuah senja bersua rela, kian sempurna didalam rangkulan malamnya.
Duhai, bagaimana dengan diriku?
Kalaukah malaikat Izroil merangkulku, adakah yang kan mengingati keberadaanku?

Tik tok..
Kamus-kamus berubah diam.
Tak satupun kata didalamnya yang bisa menjadi jawaban.
Karena seperti katamu,
Aku selalu berkawan dengan sunyi, dan karibku senantiasa bernama sepi.
Dua hal yang lekang membersamaiku, serona udara yang mengiringi detak jantungku.

Lantas, tatkala udara itu tak lagi memutar nafasku,
ketika sunyi dan sepi sempurna mengungkungku,
adakah yg kan terisak di tengah malam..
Lantaran didera sebuah rasa kehilangan?

Dan lantas, tatkala jantung itu tak lagi memompa darahku,
ketika jiwa sepenuhnya dijeruji alam yang berbeda itu,
adakah yang bersedih sembari mengadu..
Lirih berkata teramat merinduiku?

No comments:

Post a Comment