21/10/2016

Zahdan dan Swalayan

"Selamat datang di ****mart, selamat berbelanja." ucap seorang pelayan toko, hanya sesaat setelah kami melangkah masuk. Aku mengangguk, berterima kasih atas ucapan ramahnya. Seorang anak kecil disampingku sudah melesat masuk, berlari mencari2 rak berisi mainan, rak kesukaannya. Sementara kakaknya, berjalan dengan santainya menuju rak berisi buku dan alat tulis. Keduanya sama2 tak acuh pada ucapan selamat datang dari penjaga toko. Membuatnya merasa menjadi patung belaka. Hei, jangan marah, setidaknya aku sudah mengangguk bukan?
Zahdan, anak kecil yg melesat ke rak berisi mainan, sudah ribut berteriak kepadaku. "Abiih.. Ferdinand nya ga ada. Cuma ada persi sama helold" ucapnya dengan antusias. Ferdinand adalah nama salah satu kereta mainan. Zahdan sudah mengoleksi beberapa diantaranya, dan ferdinand adalah satu yang ia belum miliki. Aku kembali mengangguk, "yaah..sayang ya. Ga apa2 lah, zahdan beli makanan aja ya?" tawarku. Zahdan kembali berbalik, menjelajah rak2 di toko tersebut.
Aku menuju ke rak berisi alat tulis, tampak ziya tengah khusyu melihat2 kertas binder, tempat pensil, juga stiker2 lucu. "Ziya, beli makanan aja ya?" saranku. Ziya tak menjawab.
Aku mengambil sebotol air minum, lalu berbalik mencari zahdan. Aneh, zahdan tak ada di rak jajanan. Aku mencarinya di rak mainan, tak ada juga. Zahdan seperti menghilang, suaranyapun tak terdengar. Aku langsung menuju rak alat tulis. Terlihat ziya masih khusyu disana. "ziya, lihat zahdan ngga?" tanyaku. Ziya masih juga tak menjawab, ia hanya mengangkat kedua pundaknya, tak acuh. Matanya tak bergeming dari sebuah tempat pensil bergambar tokoh my little pony. Aku menghela nafas, lalu kembali menyusuri rak demi rak, satu persatu. Mencari bocah kecil yg biasanya berteriak2.
Tiba di rak terakhir, aku menangkap sebuah bayangan tengah mengendap2. Kepalanya melongok perlahan, mulutnya cekikikan. Aku melihatnya dari belakang, tersenyum . Rupanya ini alasan zahdan sulit ditemukan. Ia bersembunyi dariku, menganggap toko ini tempat yg ideal untuk bermain petak umpet.
"zahdan!" panggilku. Zahdan berteriak kaget, lalu tertawa2 sambil berlari kembali. Penjaga toko melihat kami tanpa ekspresi. Aku mulai merasa risih dengan tatapannya.
Aku mencoba mengejar zahdan, terlambat. Zahdan sudah menghilang kembali dibalik barisan rak. Aku menepuk jidat, "aduuh zahdaan.." gumamku.
"Abi, boleh beli ini?" tanya ziya, tiba2 saja ada di belakangku. Ia menunjukkan sebuah tempat pensil berwarna pink. Aku menghela nafas, lalu setengah berbisik aku menjawab, "abinya belum gajian nak... Beli makanan aja ya..?" ujarku. Ziya menghela nafas, kecewa, tapi kuyakin ia bisa mengerti. Bukan sekali dua kali aku memberi pengertian seperti ini padanya. Dan ziya selalu bisa memaklumi. Cara berfikirnya sudah lebih dewasa dibanding anak lain seusianya.
Ziya berlalu, mengembalikan tempat pensil tersebut ke tempatnya semula. Sesaat setelah ziya berbalik, aku melihat zahdan mengendap2 tak jauh dari rak alat tulis. Refleks aku menyambar tangan zahdan. Zahdan berteriak kaget, lalu tertawa2 riang.
"zahdan, beli makanan ya. Mau boboiboy atau chiki?" sergapku langsung. Zahdan masih terkekeh saat menjawab "boboiboy rasa coklat" jawabnya spontan. Aku mengangguk mengiyakan, lalu menuntunnya ke tempat rak makanan.
Belanjaan tengah dihitung kasir toko. Aku menghitung kasar angka2 yg tertera di layar monitor. Khawatir isi dompet tipis yang kubawa tak cukup untuk membayar total tagihan akhirnya.
"Alhamdulillaah.." bisikku, puas setelah melihat ternyata tagihannya tak sebesar yang kukhawatirkan. Akupun bergegas membayar, lalu berbalik hendak keluar toko tersebut. "ziya, zahdan, ayo!!" panggilku. Yang dipanggil tak menyahut. Aku menoleh, tak ada siapa2 dibelakangku. Hanya penjaga toko yang memandangiku tak mengerti, membuatku merasa risih untuk kedua kalinya.
Aku menyusuri rak, melihat ziya yang terduduk di lantai, menimang2 tempat pensil berwarna pink. "aduh ziya! Ayo!!" panggilku. Ziya tersentak kaget, mengangguk, lalu melangkah mendekat dengan santainya. "zahdan mana?" tanyaku. Ziya menggeleng, "ga tau, tadi mah ada disini" jawabnya. Aku bergegas ke rak mainan, tak ada. Ke rak makanan, tak ada juga. Zahdan pasti bersembunyi dariku, lagi. Menganggap toko ini tempat yg sempurna bermain petak umpet.
"Zahdaaan!!! Abi tinggal ya!!" teriakku, berusaha tak acuh pada penjaga toko yang masih memandangiku. Dan zahdan akhirnya menyeruak keluar sembari tertawa2, puas sudah mengerjaiku. Aku menggeleng2 kepala.
"terima kasih, ditunggu lagi kedatangannya" ucap penjaga toko, terdengar hambar. Karena Ziya dan zahdan sudah berlari keluar, tak acuh pada kata2 penjaga toko. Aku juga sudah berlalu tanpa sempat mengangguk, karena terpaksa harus berteriak lagi, "zahdaaan.. Jangan lari2, bisi ada motor!!! Ziya, tuntun zahdan! Tuntun zahdaan!!" teriakku.

No comments:

Post a Comment