"Bu, dede nanyain terus dari tadi sore. Biasanya sore ibu sudah datang
jemput, tapi..." kata-kata seorang wanita paruh baya terhenti seketika,
dipotong oleh perempuan cantik dan berpakaian rapih yang ada di
hadapannya. "tadi aku lembur bii...! Baru beres jam stengah enam. Ga
bisa nolak, ga enak sama si bos. Aku kan udah kasih uang jajan tambahan
buat dede tadi pagi. Mana dede? Lagi ngapain dia?" celoteh perempuan
cantik tersebut, sembari sibuk menatap layar smartphonenya. Jari-jarinya
lincah mengusap tombol-tombol touchscreen, cek email, update status fb,
periksa group wa, semua ia lakukan dengan cekatan seolah tanpa
berkedip. Nada tanda pesan masuk berbunyi berulang-ulang. Perempuan
cantik semakin sibuk memainkan jempol dan telunjuknya.
"Dede sedang
tidur bu.." wanita paruh baya menjawab dengan roman sedih. "tidur? Jam
segini?" ujar perempuan cantik, mengangkat wajahnya sebentar, lalu
kembali menunduk, menatap layar smartphone kembali. "Ya sudah, bibi bawa
dede ke mobil ya, tidurkan di jok belakang!" perintahnya. Rona wanita
paruh baya terlihat berubah. "sa..saya khawatir akan membangunkan dede
bu, menurut saya biar saja dulu sampai ia bangun nanti, atau kalau perlu
biarkan dede tidur disini untuk malam ini saja.." paparnya. Perempuan
cantik menggeleng, "tidak bi, saya bilang bawa dan tidurkan dede di jok
belakang. Bibi jangan bantah saya!" ujarnya, dengan nada yang meninggi,
namun pandangan tetap terkunci pada layar smartphone. Wajah wanita paruh
baya kian berubah, memerah, lalu mengatupkan rahangnya, geram. Dan
tiba-tiba saja, ia sambar smartphone dari tangan perempuan dihadapannya
itu, lalu ia lempar ke lantai hingga pecah berkeping-keping. Pemilik
smartphone kaget bukan kepalang, matanya langsung mendelik marah.
"A..apa maksud bibi!! Tau tidak, itu harganya mahal, gaji bibi saja ga
akan cukup buat ganti! Berani sekali, saya peca.." bentakan perempuan
cantik terpotong oleh kata-kata wanita paruh baya."Silahkan!! Ibu bisa pecat saya kapan saja. Ibu juga bisa potong gaji
saya semau ibu buat ganti hp ibu. Saya hanya ingin menunjukkan, bahwa
semahal apapun hp itu, tetap saja ada gantinya. Seberantakan apapun
kondisinya, tetap saja ia tak akan merasakan sakit. Tapi dede bu.. Dede
anak ibu.. Dede anak yang ibu kandung 9 bulan, dan yang ibu lahirkan
dengan susah payah dari rahim ibu sendiri. Kenapa ibu perlakukan ia
seperti kardus barang? Dede punya hati bu. Sekali hatinya remuk,
tidak akan ada yang bisa ganti. Dimana hati nurani ibu?" tanya wanita
paruh baya, terisak tak mampu menahan tangis. Perempuan cantik tergugu,
lidahnya tercekat, tak bisa berkata apa-apa. "Tadi siang Dede nangis,
dia cemburu melihat anak tetangga tengah bermain ditemani ibunya. Ia
malah sempat menarik2 tangan ibu tersebut, memintanya untuk menemani
dede bermain juga. Ia pun berulang kali bertanya pada saya, kapan ibu
datang menjemputnya, ia ingin segera bermain ditemani ibu. Bu, ibu
menyayangi Dede bukan? Yang paling butuhkan bukanlah uang jajan, bukan
juga mainan. Akan tetapi perhatian, kehadiran, dan kasih sayang seorang
ibu. Sayang sekali jika ibu ternyata lebih sayang pada pekerjaan, lebih
perhatian pada hp menyebalkan" paparnya. Perempuan cantik tertunduk, air
matanya mengalir.
No comments:
Post a Comment