03/10/2016

Dede vs HP

"Bu, dede nanyain terus dari tadi sore. Biasanya sore ibu sudah datang jemput, tapi..." kata-kata seorang wanita paruh baya terhenti seketika, dipotong oleh perempuan cantik dan berpakaian rapih yang ada di hadapannya. "tadi aku lembur bii...! Baru beres jam stengah enam. Ga bisa nolak, ga enak sama si bos. Aku kan udah kasih uang jajan tambahan buat dede tadi pagi. Mana dede? Lagi ngapain dia?" celoteh perempuan cantik tersebut, sembari sibuk menatap layar smartphonenya. Jari-jarinya lincah mengusap tombol-tombol touchscreen, cek email, update status fb, periksa group wa, semua ia lakukan dengan cekatan seolah tanpa berkedip. Nada tanda pesan masuk berbunyi berulang-ulang. Perempuan cantik semakin sibuk memainkan jempol dan telunjuknya. 
"Dede sedang tidur bu.." wanita paruh baya menjawab dengan roman sedih. "tidur? Jam segini?" ujar perempuan cantik, mengangkat wajahnya sebentar, lalu kembali menunduk, menatap layar smartphone kembali. "Ya sudah, bibi bawa dede ke mobil ya, tidurkan di jok belakang!" perintahnya. Rona wanita paruh baya terlihat berubah. "sa..saya khawatir akan membangunkan dede bu, menurut saya biar saja dulu sampai ia bangun nanti, atau kalau perlu biarkan dede tidur disini untuk malam ini saja.." paparnya. Perempuan cantik menggeleng, "tidak bi, saya bilang bawa dan tidurkan dede di jok belakang. Bibi jangan bantah saya!" ujarnya, dengan nada yang meninggi, namun pandangan tetap terkunci pada layar smartphone. Wajah wanita paruh baya kian berubah, memerah, lalu mengatupkan rahangnya, geram. Dan tiba-tiba saja, ia sambar smartphone dari tangan perempuan dihadapannya itu, lalu ia lempar ke lantai hingga pecah berkeping-keping. Pemilik smartphone kaget bukan kepalang, matanya langsung mendelik marah. "A..apa maksud bibi!! Tau tidak, itu harganya mahal, gaji bibi saja ga akan cukup buat ganti! Berani sekali, saya peca.." bentakan perempuan cantik terpotong oleh kata-kata wanita paruh baya."Silahkan!! Ibu bisa pecat saya kapan saja. Ibu juga bisa potong gaji saya semau ibu buat ganti hp ibu. Saya hanya ingin menunjukkan, bahwa semahal apapun hp itu, tetap saja ada gantinya. Seberantakan apapun kondisinya, tetap saja ia tak akan merasakan sakit. Tapi dede bu.. Dede anak ibu.. Dede anak yang ibu kandung 9 bulan, dan yang ibu lahirkan dengan susah payah dari rahim ibu sendiri. Kenapa ibu perlakukan ia seperti kardus barang? Dede punya hati bu. Sekali hatinya remuk, tidak akan ada yang bisa ganti. Dimana hati nurani ibu?" tanya wanita paruh baya, terisak tak mampu menahan tangis. Perempuan cantik tergugu, lidahnya tercekat, tak bisa berkata apa-apa. "Tadi siang Dede nangis, dia cemburu melihat anak tetangga tengah bermain ditemani ibunya. Ia malah sempat menarik2 tangan ibu tersebut, memintanya untuk menemani dede bermain juga. Ia pun berulang kali bertanya pada saya, kapan ibu datang menjemputnya, ia ingin segera bermain ditemani ibu. Bu, ibu menyayangi Dede bukan? Yang paling butuhkan bukanlah uang jajan, bukan juga mainan. Akan tetapi perhatian, kehadiran, dan kasih sayang seorang ibu. Sayang sekali jika ibu ternyata lebih sayang pada pekerjaan, lebih perhatian pada hp menyebalkan" paparnya. Perempuan cantik tertunduk, air matanya mengalir.

No comments:

Post a Comment