18/09/2013

si buta dan si bisu

Seorang buta berkata pada hari. Wahai hari, saksikanlah..kali ini aku akan bisa melihat. kan kubuat bayangan menjadi nyata. kan kubuat sketsa menjadi sebuah lukisan, terindah yang pernah ada. lihat saja...
hari mengangguk takjub.. terdiam sesaat, lalu berlalu begitu saja.. tanpa adanya bayangan yang menjadi nyata, dan lukisan terindah yang dijanjikan.
Seorang bisu berkata pada hari. Wahai hari, dengarkanlah..kali ini aku akan bisa bicara. kan kubuat bisikan ini menjadi nyaring bunyinya. kan kubuat seluruh coretan hati, menjadi sebuah alunan puisi indah, terindah yang pernah ada.. dengarkan saja..
Hari kembali mengangguk takjub.. terdiam sesaat, lalu kembali berlalu begitu saja.. tanpa sedikitpun mendengar adanya bisikan yang nyaring, dan puisi indah yang ditawarkan.
Ibarat sebuah perulangan abadi, hari berlalu..tanpa ada yang berubah. kembali berlalu.. tanpa ada sedikitpun yang berubah.. Sehingga geramlah ia.. pada si buta yang selalu terpejam. dan si bisu yang selalu terdiam. Mana perubahan yang mereka tawarkan dan janjikan.. Omong kosong.. sungguh omong kosong belaka..
Esoknya, hari melesat mendekat.. melihat si buta yang membuka matanya sesaat, namun kembali terpejam.. lalu menoleh pada si bisu yang seolah hendak terbata, namun kembali terdiam.. marahlah ia.. tak pernah didapati perubahan yang setiap kali mereka dengungkan.
Guntur pun menggelegar.. sungguh tak lazim terdengar di waktu pagi menjelang. Panas terik membakar.. sungguh tak wajar terasa di fajar yang belumlah usai.
Tiba2..
Hari terdiam.. menunduk dalam dengan mata terpejam.. hilang sudah kemarahan yang semula diniatkan. Hari membisu.. menutup mulut rapat2 tanpa suara.. musnah sudah semua teriakan yang hendak di lemparkan..
Kau tahu kawan.. semua karena sebuah sosok melayang di antara awan. Entah itu manusia yang berwujud bidadari.. entah pula bidadari yang berwujud manusia.. ia jelita tiada kentara. dan menebar kebaikan ke seluruh penjuru dunia..
Setiap mata yang melihat, pasti bertekad untuk melihat.. namun tekad tinggalah tekad. hanya terpejam yang ia dapat.. Setiap mulut yang berbisik, pasti ber asa untuk menyapa.. namun asa tinggalah asa. hanya membisu yang ia mampu..
Hari mengangguk takjub.. terdiam dan mengerti.. lalu berlalu kembali.. membiarkan lagi perulangan abadi terjadi untuk yang kesekian kali.. bedanya kali ini ia memahami, si buta dengan pejamnya.. dan si bisu dengan diamnya..

No comments:

Post a Comment