25/04/2013

kasih sayang

Ruangan ini sudah ditinggalkan anak2 mengaji sejak satu jam yang lalu. Namun sepertinya, aku urung untuk membereskannya cepat2. Malah menambahi berantakannya dengan tumpukan popok dan baju2 ziya yang belum sempat disetrika. Buku2 kuliah pun masih menumpuk terabaikan begitu saja. Tak ingat bahwa ternyata hari ujian hanya tinggal beberapa minggu lagi. Aku malah memilih menyelesaikan terlebih dahulu bacaan novel tere liye terbaru ku..
Huft.. penat rasanya badan ini, tidur selama beberapa jam tadi siang jelas tak cukup untuk menggantikan istirahat malamku. Hmph.. Rasanya sudah cukup lama aku tak menulis lagi, tulisan yang menjadi pengikat ingatan2 yang seringkali terlupakan. Seperti yang kualami tadi siang..

Seperti biasanya, ziya mencari2 alasan agar tetap berada di luar kelas bersamaku. Alasan klasiknya adalah "mau beli milkuat.." atau "mau main dulu..". Apa saja ia kemukakan agar bisa tetap bersamaku di luar kelas. "manja." itu kata orang. Suatu hal yang lumrah terjadi ketika seorang anak baru memiliki seorang adik. Tak ingin perhatian orang tuanya dicuri, tak mau ia menjadi terabaikan. "tak apalah.." fikirku. Manja adalah hak seorang anak. Justru yang harus dikhawatirkan adalah ketika seorang anak telah lupa bagaimana harus bermanja2, ia terlampau dijejali dengan kata "mandiri" yang salah tafsir sehingga membuatnya terkesan jauh lebih dewasa dan seperti bukan "anak2" lagi. Miris sekali melihatnya..
"Abi jangan kabur ya.." ujar ziya, berusaha menahanku agar tetap berada di luar kelas. "aduh ziya.. abi kan laper.. belum makan, sekarang mau cari makan dulu di luar, kan ziya tau sendiri abi tadi baru pulang kerja.. kalo abi pingsan disini, gimana coba? ziya memang ga kasian sama abi?" ujarku sambil memegangi perut, kali ini bukan berpura2, atau mencari2 alasan semata, perutku memang sudah terus berbunyi sedari tadi. Ziya memandangiku iba, lalu berkata "iya..tapi jangan lama2 ya..?" katanya. "iyyaa.. kan abi juga disuruh sama bunda yeni buat kesini lagi jam 9" jawabku. Ziya menatapku ragu. "ya udah, gini aja, abi janji deh nanti setelah abi cari makan, abi kesini lagi jam 9, ini janji kelingking abi.." ujarku sembari mengacungkan kelingking kananku, yang disambut ziya dengan kelingking kanannya pula, lalu kelingking kami saling bertaut, tampak ziya tersenyum lebar. Tak lama ia segera masuk ke kelas, tanpa menangis seperti hari kemarin. Alhamdulillaah..
Aku penuhi janjiku, jam 9 kembali memasuki gerbang sekolah ziya, lalu segera menuju ke ruang pertemuan yang dimaksud. Tampak ruangan sudah dipenuhi oleh ibu2.. semua.. waduh, Aku enggan untuk masuk.. ya iya lah.. wong ibu2 semua..
Setelah diyakinkan oleh bunda yeni, barulah aku memasuki ruangan, duduk dengan kikuk. Tapi.. hey.. apa ini.. Ada atmosfir yang berbeda di ruangan ini.. Ada yang aneh.. dan aku belum tahu apa itu.
Nak, waktu itu aku duduk disamping ayah kayla, teman dekatmu..kau ingat ia yang pernah terluka di wajahnya saat bermain denganmu. Kami menjadi dua orang ayah di tengah kumpulan ibu2.. Yah setidaknya yang duduk dengan kikuk bukan cuma abimu ini. he..
O ya, Kau pasti bertanya, atmosfir apa yang berbeda di ruangan tersebut. Baiklah, akan kujawab dengan singkat saja. Dan jawaban inipun baru kuketahui setelah pertemuan berjalan sekian menit sebelum Bunda Yeni menutupnya.
Nak, di ruangan tersebut dipenuhi dengan sesuatu yang orang namakan sebagai "kasih sayang". Dengan bentuk yang beraneka ragam, dan dengan rasa yang bermacam2. Ada ibu yang seringkali mencubiti anaknya ketika rewel, adapula yang seringkali membentaki anaknya kasar. Namun, semua itu muncul dari satu rasa... yaitu "sayang". Mereka mengekspresikan sayangnya dengan cara yang berbeda2, meneruskan kebiasaan orang tua dahulu atau sekedar mempraktekan apa kata orang lain. Lihatlah mereka, wajah2 yang terlihat lelah oleh pekerjaan2 rumah, lelah mengurusi anak2nya seharian, dan lelah membanting tulang mengais rezeki demi sang buah hati, namun mereka masih tetap bisa tersenyum. Apalagi wajah orang tua keduamu yakni para pendidik, terlampau lelah mengurusi seluruh anak2 titipan, dengan berbagai karakter dan tingkat keaktifan yang berbeda2, dengan kebutuhan dan ekspresi2 yang tidaklah sama. Akan tetapi lihat mereka, masih juga bisa tersenyum.. Seolah mengajari puluhan anak2 itu gampang2 saja dan tidak sedikitpun memakan tenaga. Aneh.. Mungkin inilah menariknya dunia anak2.. energi yang dikeluarkan akan langsung kembali, terisi begitu saja hanya dengan melihat tingkah lucu dari anak2, dan senyuman mereka yang begitu menggemaskan.
Seperti yang terjadi pada anak2 mengaji tadi saat diceritakan tentang surga. Mereka terperangah dengan polosnya, mata berbinar dengan takjubnya, dan celoteh2 riang dengan lugunya.. sungguh membawa kebahagiaan tersendiri bagi orang yang bercerita.. sesaat lupa pada ziya kecil yang juga sedang mendengarkan sampai tertidur pulas di pangkuan. 

No comments:

Post a Comment