20/11/2013

Manusia



Bumi ini tlah semakin tua, kawan.
Berapa lama lagi kita kan membuatnya renta?
Pengrusakan yang kita lakukan,
keserakahan yg kita timpakan,
sungguh telah ciptakan bumi yg renta jauh sebelum tua nya.

Dan kita masih menyebut diri sebagai spesies tertinggi?

Batu itu semakin hitam, kawan.
Berapa banyak lagi kita kan membuatnya legam?
Kesalahan yang kita kumpulkan,
dosa yg kita acuhkan,
sungguh telah membuat legamnya bertambah, jauh dibalik hitamnya.

Dan kita masih merasa termulya di seantero dunia?

Wahai langit, lihatlah kami..
Menderas di pusat belanja, namun merintik di pusat pahala.
Membludak menonton hiburan, namun menjumput menghadiri pengajian.

Wahai langit, dengarlah kami.
Mengeluh saat kepanasan, dan mengutuk ketika kehujanan.

Kami memang tak pernah bersyukur.

Padahal, jika saja kau izinkan batu2 angkasamu menumbuk bumi,
kemanakah kami akan berlari?
Bukankah rumah suci saja tak lagi kami datangi?

Jika saja lahar dimuntahkan,
kemanakah kami akan diselamatkan?
Bukankah kening ini sajapun tak rutin lagi kami sujudkan?

Mungkin saja, tak perlulah lagi adanya hisab di akhirat sana.
Karena tampaknya, kami sudah memilih jalan ketika berada di dunia.
Tepat ketika panggilan2 surga dikumandangkan.
Kami memilih untuk mengacuhkan.
Dan tepat ketika panggilan2 neraka dipertontonkan,
Kami memilih untuk berbaris menjadi pelanggan..

Wahai Tuhan..
Inilah kami..
MakhlukMu yang bernama.. Manusia.

No comments:

Post a Comment