Ya, memang
sungguh tulisan yang lampau. Hampir tujuh tahun, rumah aslinya pun sudah
berganti warna dari pertama kali dibangun. Penambahan canopy, perubahan garasi,
dan semacamnya. Beruntung, foto proses pembangunannya sempat didokumentasikan.
Termasuk desain railing balkon dan tangga, dimana kebetulan sang pemilik rumah
memintaku untuk membuat desainnya juga.
Jadi, berbekal data-data tersebutlah tulisan ini dipaparkan.
Sebagai informasi tahap lanjut akan nasib si tanah trapesium. He..
Kita mulai,
Selayaknya desain-desain pada umumnya, dalam proses
pembangunan di lapangan selalu saja menemui kesulitan. Berpuluh-puluh masalah,
yang acapkali menuntut improvisasi. Tak jarang, permasalahan itu memaksa adanya
sedikit perubahan dari desain awal. Katakan saja masalah material, masalah
biaya, de el el.
Apa daya, sebagai pembuat desain amatiran, aku harus terus berusaha mengadakan penyesuaian.
Gambar di atas adalah desain yang sudah dimodifikasi. Ornamen-ornamen
sampingnya dikurangi sedemikian rupa, menyesuaikan dengan permintaan mandor
proyek dan pemilik rumah. Sayangnya, karena kurangnya pengawasan, ternyata
setelah bangunan tersebut berdiri, tampak sampingnya terlihat sedikit berbeda.
Alasannya, karena berada di perumahan, rumah itu harus menyerupai rumah-rumah
lain yang ada di sekitar.
Kecewa? Tentu saja. Hasil jerih payah menyusun dan
menggambar malah diubah seenaknya. Padahal, bangunan-bangunan di sekitar rumah
ini pun menurutku memang sudah berlainan. Ciri khasnya hanya berada pada topi
di bagian depan, dan tiang di bagian samping. Dan itu sudah kupenuhi pada
desain awal. Alasan yang dikemukakan sang mandor sungguh tidak masuk akal.
Namun, mengingat bangunan sudah hampir rampung, mau tidak
mau aku lah yang harus menata ulang desain. Kembali ke laptop dan menggambar
ulang.
Lihat, gambarnya saja dibuat di ms.word, khawatir keduluan
dengan pembangunan yang terus berjalan. Setelah itu, cepat-cepat kuberikan dua
gambar di atas pada sang mandor. Berharap agar tak terjadi lagi perubahan.
Alhamdulillah, sisanya berjalan lancar dan terkendali. Rumah
pun berdiri seperti gambar di bawah ini.
Selesai?
Tidak. Sang pemilik rumah kembali memintaku untuk membuat
desain railing balkon dan tangga. Balkon yang dimaksud itu ada dua, di bagian
luar dan dalam. Karena seperti desainku sebelumnya, lantai dua memang tidak
dicor seluruhnya, melainkan dikosongkan sebagian di atas ruang keluarga lantai
satu. Tujuannya, agar ruang tersebut lebih terasa lapang dan segar.
Maka, batas lantai itu harus dibatasi pengaman dengan
railing besi. Sesuatu yang kokoh dan kuat, namun harus indah pula dilihat. Posisinya
yang berada di tengah rumah, bisa menjadi pusat perhatian. Sang pemilik rumah
tak ingin hanya desain biasa, sebisa mungkin harus unik dan luar biasa. Maka
dari itu, dengan berbagai pertimbangan, aku memilih tema ‘kaligrafi’.
Untuk desain-desain tersebut, aku menggunakan microsoft
excell. Dengan acuan bahan yang digunakan adalah besi hollow ukuran 4x4. Balkon
atas yang notabene lebarnya lebih kecil, banyak hurufnya pun harus lebih
sedikit. Aku memilih kaligrafi kufi bertuliskan moto ‘man jadda wa jada’.
Artinya, barang siapa yang bersungguh-sungguh, ia akan berhasil.
Sedangkan untuk railing balkon dalam, aku memilih kaligrafi lafadz
hauqalah. Sebagai pengingat, bahwa setiap keberhasilan dan kesuksesan, tidak
lain dan tidak bukan, semata-mata merupakan atas pertolongan Allah semata.
Untuk railing tangga, karena dituntut secepatnya, disamping
aku tak sempat menemukan kalimat yang pas, maka terpaksa menggunakan tema
kotak-kotak minimalis saja.
Alhamdulillah, kendati pada pengerjaannya membutuhkan
kehati-hatian dan ketelitian, kesemua itu berhasil dikerjakan sesuai dengan
hitung-hitungan desain.
Selesai?
Masih belum. Terakhir aku diminta pula membuatkan desain
untuk benteng belakang. Dengan tenaga yang tersisa, aku kembali mengukur dan
menggambar.
Pada pembangunannya, ia kembali menemukan masalah. Yakni
dari penggunaan material, biaya, de el el. Alhasil harus diadakan sedikit
penyesuaian.
Kendati demikian, aku akhirnya bisa bernapas lega, karena
dengan selesainya benteng belakang, maka artinya tugasku sudah selesai. Walau dengan
segala keterbatasan dan kemampuan, ketidaksempurnaan dan kekurangan, semoga apa
yang telah dilakukan ini memberi banyak manfaat bagi orang lain. Dan dicatat
oleh Allah sebagai penambah berat timbangan amal nanti di hari penghisaban.
Aamiin.