Bermula dari satu dua tetangga yang datang ke rumah, hendak pinjam buku
katanya. Aku mempersilahkan saja. Buku-buku itu lebih bermanfaat dipinjam
ketimbang teronggok begitu saja di rak. Waktu berjalan, aku pun
kelupaan. Kebingungan ketika ditanya, dulu siapa yah yang pinjam buku A?
Siapa yah yang bawa novel B? Aku menghela nafas, menatap isi rak yg
terlihat lengang. Catat mencatat harus diterapkan.. Itu yang kufikirkan.
Berawal dari obrolan sederhana. Dengan Maziya, sang anak pertama. Jika
punya taman baca, hendak diberi nama apa. Deretan nama tokoh KKPK dan
komik pun meluncur dari mulutnya, tak ketinggalan nama-nama indah teman-teman di
sekolahnya. Aku menghela nafas, menatap binar semangat di hitam bola
matanya. Taman baca mumtaza.. Itu saranku padanya.
Dan, ziya pun
bergerak bersama dua kawannya. Menjejerkan buku-buku di meja tamu. Lengkap
dengan kasir mainan, dan receh kembalian dari celengan. Sebuah kertas ditempel
sederhana di kaca. "taman baca mumtaza", pinjam pertama tanpa biaya,
kali kedua seribu rupiah saja, gratis bros lucu pula. Tak cukup sampai
disana, bertiga mereka berkeliling menawarkan taman bacanya. "taman baca
mumtaza! Ada di rumah ziya!" teriaknya. Alhasil bergerombollah anak-anak
tetangga, ramai meminjam buku satu dua. Aku menghela nafas memandangnya,
mereka perlu dukungan lebih serius tampaknya.
Kemudian, ruang
tamupun dihilangkan. Rak dan buku-buku ditempatkan. Ziya terlihat senang bukan kepalang. Hadiah-hadiah disiapkan.
Berikut aplikasi pencatatan, dan kartu anggota yg tak boleh kelupaan.
Maziya, armida, dan silmy. Duduk di atas kursi kecil yg dibariskan.
Ah,
andai saja ada naysila, tokoh-tokoh tiga puteri akan selengkap dalam cerita.
Akhirnya, Taman baca mumtaza resmi berada. Dengan buku-buku yg masih
berupaya dilengkapi lagi koleksinya. Daftar anggota gratis. Baca di
taman baca gratis. Mudah-mudahan bisa
sedikit menjadi penawar dahaga bagi para pecinta baca.
Jadi, tak perlu ragu.. Kunjungan anda kami tunggu. He..
#TamanBacaMumtaza
No comments:
Post a Comment