01/06/2014

Ukhti..

Ironi.. Di negeri seberang sana, muslimah mati-matian mempertahankan kerudungnya. Mati dalam arti yang sebenarnya.. Mereka lebih takut tersingkap auratnya, ketimbang peluru panas yang melubangi kepalanya. Sementara disini.. Dengan dalih emansipasi dan hak asasi, kerudung seolah hanya tren di bulan suci. Selebihnya menjadi seragam pegawai negeri, pun seragam sekolah putri.

Apa yang sebenarnya terjadi?
Kerudung merupakan identitas muslimah bukan? Yang jika ditanggalkan, antara muslim dan bukan tak akan bisa dibedakan.
Kerudung itu identitas muslimah bukan? Yang jika kau lepaskan, sungguh keislamanmu tengah dipertaruhkan?

Ukhti.. Kalian begitu dimulyakan oleh Sang Nabi. Do'amu lebih tinggi berkali-kali dibanding kami. Kedudukanmu menjadi prioritas dimata kami. Namun apa yang kau lakui? Berboncengan tanpa hijab dengan lelaki. Berpegangan tangan dengan yang bukan suami. Berkhalwat dan berdua-duaan di tempat sepi. Hingga aborsi tanpa sedikitpun kau merasa peduli, bahwa ia darah dagingmu sendiri.. Ia anak kandungmu sendiri..  kau yang mengandungi, kau pula yang membunuhi.. Prilaku hewan mana yang kau tirui? ..

Ukhti.. apa yang kan kau katakan? Tatkala kau tengah berpacaran, didatangi oleh Sang Nabi Junjungan. Beliau mengajukan pertanyaan, “kalian ummatku bukan?” Jawaban apa yg kan kau berikan???. Padahal meski diujung kematian, Beliau masih memikirkan kalian.. “Ummati..ummati..” tapi kau seolah tak pernah peduli.
Ukhti.. apa yang kan kau katakan? Ketika kau tengah berdua-duaan, Izrail datang atas perintah Tuhan. Dicabut nyawamu dengan penuh kekasaran. Diadili perbuatanmu yang penuh kemaksiatan. Diseret tubuhmu ke dasar neraka jahanam. Apa yang akan kau katakan?

Ukhti.. Di telapak kakimu ada surga. Namun kau membiarkan auratmu terbuka. Menjadi konsumsi publik demi ketenaran semata. Dan kau merasa bangga karenanya?
Ukhti.. Di telapak kakimu ada surga. Kepalamu ditutupi kerudung dengan sempurna. Namun kau melegalkan pacaran yang jelas-jelas mendekati zina. Fitrah..itu katamu. Cinta..itu ujarmu. Omongkosong..itu kataku!

Maaf ukhti.. Kutulis ini bukan dengan emosi. Namun dengan tangis yang mendera hati. Jika teladan yang kau beri di generasimu adalah seperti ini. Bagaimana dengan anakmu nanti? Bagaimanadengan generasi anak perempuanku nanti? Tak ingin rasanya, ia yang semula bercita-cita menjadi bidadari surga. Tiba-tiba bertanya, “abi..aborsi itu artinya apa?”, “Prostitusi itu apa maksudnya?”, “Kenapa wajah teteh sama aa di tv itu diburamkan gambarnya?”

Tolong ukhti.. Aku memohon dengan segenap hati.. Hentikan semua ini.. Hentikan semua ini..

No comments:

Post a Comment