Ironi.. Di negeri seberang sana, muslimah mati-matian mempertahankan
kerudungnya. Mati dalam arti yang sebenarnya.. Mereka lebih takut
tersingkap auratnya, ketimbang peluru panas yang melubangi kepalanya.
Sementara disini.. Dengan dalih emansipasi dan hak asasi, kerudung
seolah hanya tren di bulan suci. Selebihnya menjadi seragam pegawai
negeri, pun seragam sekolah putri.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Kerudung merupakan identitas muslimah bukan? Yang jika ditanggalkan, antara muslim dan bukan tak akan bisa dibedakan.
Kerudung itu identitas muslimah bukan? Yang jika kau lepaskan, sungguh keislamanmu tengah dipertaruhkan?
Ukhti..
Kalian begitu dimulyakan oleh Sang Nabi. Do'amu lebih tinggi
berkali-kali dibanding kami. Kedudukanmu menjadi prioritas dimata kami.
Namun apa yang kau lakui? Berboncengan tanpa hijab dengan lelaki.
Berpegangan tangan dengan yang bukan suami. Berkhalwat dan berdua-duaan
di tempat sepi. Hingga aborsi tanpa sedikitpun kau merasa peduli, bahwa
ia darah dagingmu sendiri.. Ia anak kandungmu sendiri.. kau yang
mengandungi, kau pula yang membunuhi.. Prilaku hewan mana yang kau
tirui? ..
Ukhti.. apa yang kan kau katakan? Tatkala
kau tengah berpacaran, didatangi oleh Sang Nabi Junjungan. Beliau
mengajukan pertanyaan, “kalian ummatku bukan?” Jawaban apa yg kan kau
berikan???. Padahal meski diujung kematian, Beliau masih memikirkan
kalian.. “Ummati..ummati..” tapi kau seolah tak pernah peduli.
Ukhti..
apa yang kan kau katakan? Ketika kau tengah berdua-duaan, Izrail datang
atas perintah Tuhan. Dicabut nyawamu dengan penuh kekasaran. Diadili
perbuatanmu yang penuh kemaksiatan. Diseret tubuhmu ke dasar neraka
jahanam. Apa yang akan kau katakan?
Ukhti.. Di telapak
kakimu ada surga. Namun kau membiarkan auratmu terbuka. Menjadi konsumsi
publik demi ketenaran semata. Dan kau merasa bangga karenanya?
Ukhti..
Di telapak kakimu ada surga. Kepalamu ditutupi kerudung dengan
sempurna. Namun kau melegalkan pacaran yang jelas-jelas mendekati zina.
Fitrah..itu katamu. Cinta..itu ujarmu. Omongkosong..itu kataku!
Maaf
ukhti.. Kutulis ini bukan dengan emosi. Namun dengan tangis yang
mendera hati. Jika teladan yang kau beri di generasimu adalah seperti
ini. Bagaimana dengan anakmu nanti? Bagaimanadengan generasi anak
perempuanku nanti? Tak ingin rasanya, ia yang semula bercita-cita
menjadi bidadari surga. Tiba-tiba bertanya, “abi..aborsi itu artinya apa?”, “Prostitusi itu apa maksudnya?”, “Kenapa wajah teteh sama aa di tv itu diburamkan gambarnya?”
Tolong ukhti.. Aku memohon dengan segenap hati.. Hentikan semua ini.. Hentikan semua ini..
No comments:
Post a Comment