Suatu hari,rumah kami kedatangan seorang teman. Ia membawa serta
istri beserta anak laki-lakinya. Usia anaknya tersebut kurang lebih
terpaut dua tahun dibawah ziya. Sikapnya yang masih malu-malu, membuat
kami para orang tua dengan spontan meminta ziya mengajak main anak
laki-laki tersebut. Ziya tak begitu merespon.
Aku berkata 'ziya, boleh ga mainannya dipinjemin sama aai?' tanyaku. Ziya mengangguk, 'yang untuk anak laki-laki ya'
ujarnya. Aku tentu saja mengiyakan. Zahdan adiknya saja ketika
penasaran dengan mainan boneka ziya, langsung ziya ambil tanpa kompromi,
'zahdan.. itu mainan anak perempuan!! ni zahdan main ini aja..'
ujar ziya sembari mengambilkan robot buzz lightyear. Robot yang sama
yang diberikan pada anak laki-laki yang berkunjung ke rumah kami.
Awalnya
sih ia menolak, namun akhirnya.. tertarik juga, tentu saja setelah
tombol robot buzz ditekan hingga lampunya menyala, dan terdengar pula
suara robot khas buzz. Anak laki-laki selalu suka hal tersebut,
menganggap itu sesuatu yang 'keren'. Berbeda dengan anak perempuan.
Mereka mungkin berfikir 'apa kerennya buzz, cantik juga ngga, didandanin
juga ga bisa, mana ga ada rambutnya..'.
Tak lama, mereka bermain
sendiri-sendiri. Ziya dengan bonekanya, dan anak tersebut dengan
robotnya. Kami para orangtuapun bisa dengan tenang dan leluasa
berbincang tentang urusan kami.
Singkat cerita, para tamu hendak berpamitan. Aku memanggil ziya 'ziya, salim dulu nak..'
kataku. Ziya meninggalkan bonekanya di atas karpet, lalu beranjak
mendekati para tamu yang tersenyum menjulurkan tangan kanannya. Ziyapun
salim, seperti yang kerap diajarkan di sekolahnya. 'meni pinter.. Ini aa juga salim atuh sama teteh ziya'
ujar tamu tersebut, membimbing anaknya mendekat ke arah ziya.Tanpa
dikomando, ziya tiba-tiba saja menarik lengannya, lalu menggeleng. 'lho, ziya itu aa nya mau salim' ujarku. Ziya menyembunyikan tangannya ke belakang punggung, sambil tetap menggeleng. 'oo, ga mau katanya a, ga apa2 ya..'
kataku pada anak tersebut. Kami berfikir, mungkin ziya masih terlalu
pemalu untuk berinteraksi dengan seorang anak sebayanya yang baru ia
kenal. Semua memakluminya. Para tamupun akhirnya pulang. Dan ziya
kembali bermain dengan bonekanya.
Setelah beberapa lama, aku mendekati ziya. 'ziya, ma kasih ya, tadi udah jadi anak hebat, mau pinjemin mainan ke aa yang tadi'' kataku. Ziya mengangguk sambil tersenyum. Aku berkata lagi 'eh, ziya..tadi waktu aa nya mo salim, ko ziya ngga mau?' tanyaku. Ziya lalu menjawab tanpa menoleh dari bonekanya, 'abi, aa itu kan anak laki-laki, ga boleh pegangan tangan sama permpuan. Nanti bisi dimarahin princess fatimah'
jawabnya polos. Sepertinya, ia masih ingat dengan cerita tentang para
princess dan princess fatimah. Cerita dimana para princess didatangi
oleh princess fatimah dari langit. Di cerita itu princess fatimah adalah
bidadari, ia menegur para princess karena tidak memakai kerudung, dan
suka berpegangan tangan dengan pangeran yang bukan muhrimnya. Lebih
lanjut para princess diingatkan, betapa kaum perempuan begitu dimulyakan
dalam Islam. Bak seorang ratu kerajaan, tak semua orang bisa mendekat
dan bersalaman. Itulah kedudukan tinggi yang ia dapati. Jika ia menjaga
kehormatannya ini, menjadi bidadari adalah hal yang pasti.
Ziya
kecil sudah mengerti, untuk bisa menjadi bidadari di surga nanti, ia
harus berusaha meneladani bidadari idolanya, princess fatimah, putri
dari baginda Rasul Muhammad SAW. “Insya Allah nak..”
No comments:
Post a Comment