24/08/2021

Piala

Kau ingat, nak?
 
Piala ini, piala tahun 2016 ini, adalah hasil kerja kerasmu bertahun-tahun lamanya. Kau terus mengikuti kompetisi mewarnai, berulang kali. 
 
Habis kompetisi yang satu.. gagal.. menangis. Lalu kau ikut lagi kompetisi yang lain. Gagal lagi, menangis lagi, namun kau tetap bersikeras ikut ketika ada lomba di lain waktu.
 
"Ziya pengen dapet piala, abi!" bisikmu, sambil menatap barisan piala yang dipajang di atas meja panitia.
 
Aku mengangguk, mengelus kepalamu lembut sembari berkata, "Insya Allah. Yang penting sekarang, ziya berusaha dulu saja. Berusaha sebaik-baiknya".
 
Sayang seribu sayang, serona pengulangan, lomba kembali berakhir dengan sedih yang dirasakan.
Tak terhitung berapa kali aku harus menghiburmu, menghapus isak dan air mata di kedua pipimu. Berkata bahwa berani mengikuti lomba, maka sejatinya kau sudah menjadi juara.
 
Ah, kau memang teguh, nak.
 
Terbukti, tatkala piala ini akhirnya kau dapatkan. Kau melulu tersenyum bukan buatan. Sebuah piala yang memang terlihat sederhana, namun raut banggamu tertampak luar biasa.
 
Hari-hari berkesan itu masih kucatat dalam ingatan. Bahkan meski waktu telah jauh berlalu, dan jarak kian renggang memisahkan. Aku masih selalu ingat keteguhanmu itu.
 
Sungguh, kau memang anak yang teguh.
 

 

No comments:

Post a Comment