06/12/2019

Belajar Berenang


“Zahdan mah ngga akan ikutan, ah!” tegas Zahdan, raut wajahnya terlihat cemas.

“Lho, kenapa?” tanyaku.

Bukannya menjawab, Zahdan terus memandang ke arah kolam. Memperhatikan setiap peserta lomba yang bergantian meloncat gagah kedalam air, lalu menggerakkan tangan dan kakinya cepat-cepat, hingga sekian detik kemudian sudah tiba di tepi.

“Oh, gak usah takut, Nak! Itu mah kan anak-anak gede. Zahdan kan masih kecil, baru belajar, pasti nanti dibantuin sama Bapak pelatihnya,” hiburku.

Zahdan lagi-lagi tak menjawab, masih terus memandang ke arah kolam.

Ya, baru sebulan ini anak kecil itu diikutkan les renang. Dalam seminggu, seharusnya ikut tiga kali pertemuan. Namun karena aku tak bisa selalu mengantar, alhasil Zahdan hanya ikut satu atau dua kali setiap minggu.

Awalnya, Zahdan takut-takut masuk ke air. Banyak beralasan ‘nanti dulu lah’, ‘sedang batuk lah’, dll. Kendati akhirnya sang Pelatih berhasil meyakinkan Zahdan untuk ‘nyebur’ dan menggerakkan kaki kecilnya.

Hanya beberapa waktu, Zahdan mulai merasa seru. Apalagi ada Afkar dan Bika yang tergabung di kelas yang sama. Ateu Mida dan Kaka Ziya pun, ikut belajar serta. Membuat Zahdan semakin bersemangat untuk terus berlatih.

“Abi, lihat aku bisa menyelam!” katanya, di sela-sela latihan. Itu Zahdan ucapkan sesaat sebelum menahan nafas dan menenggelamkan kepalanya di bawah permukaan kolam. Hingga empat detik kemudian muncul kembali dengan wajah yang girang. Aku tersenyum memperhatikannya.

Dari awal kami hanya berharap, semoga dengan berlatih renang ini asma Zahdan akan tersembuhkan. Nafasnya lebih lega, paru-parunya lebih lapang. Minimal tak sering kambuh di hampir setiap malam. Itu saja. 

Tatkala diberitahu perihal lomba pun, aku sebenarnya ragu untuk mendaftarkan. Lah, anak itu kan baru belajar. Seorang saudara meyakinkan bahwa lomba ini untuk memotivasi, menumbuhkan keberanian anak. Mereka yang belum bisa akan dibantu oleh pelatih di sepanjang lintasan. Zahdan sendiri pun terlihat begitu bersemangat, jika yang lain ikutan, dia pun tak mau ketinggalan.

Sebulan belajar. Maka wajar rasanya jika kali ini Zahdan merasa khawatir. Apalagi kolam yang ini airnya lebih dingin, ditambah dasarnya yang juga lebih dalam.

“Kolamnya dalem banget Abi, kaki Zahdan gak nyampe!” katanya.

Aku mengangguk membenarkan.

“Iya, gak apa-apa ... tenang! Yang penting, pas denger suara peluit, Zahdan nyebur aja! Pegang pelampungnya yang erat, gerakkan kakinya kuat-kuat! Jangan pikirin yang lain!” nasihatku.
Zahdan tidak mengangguk, tidak pula menggeleng.

“Err ... Kau pasti bisa, Kapten Zahdan!” lanjutku, menyinggung tokoh Kapten Bajak Laut di cerita Alkisah Putri Armida.

Zahdan menoleh. Dia tentu tahu benar cerita itu, lantaran hampir setiap malam aku membacakan bab per babnya. Dia tahu keberanian dan kebaikan tokoh tersebut, sampai terkadang bangkit dan melompat di atas kasur, sembari mengayunkan tangan kiri yang seolah berubah kait.

Pun sekarang, mendengar kata-kata barusan, Zahdan langsung tersenyum padaku.  

“Aye-aye, Abi!” jawabnya, dengan sorot mata yang berubah seperti bajak laut sejati.
***

Usai lomba, Zahdan diberi kalung sebuah medali. Berwarna perunggu, dengan angka tiga yang terukir begitu jelasnya. Afkar mendapat mendapat medali berwarna perak, meraih juara dua.

“Abi! Aku dapet medali!! Ada angka tiga, aku juara tiga!” ucap Zahdan, girang sekali wajahnya.

Aku terkekeh, mengusap kepalanya sembari mengucapkan selamat. Ya, juara ketiga dari tiga orang anak, dan semuanya mendapatkan medali, sungguh langkah yang sangat bijak dari para penyelenggara. Dengan begitu anak-anak akan tetap bersemangat untuk terus berlatih. Termasuk Zahdan yang baru belajar sebulan.

“Abi, ini pake medalinya sama abi!” kata Zahdan, bersikeras hendak mengalungkan medali itu padaku.

“Aduh, gak usah Nak! Ini kan medali Zahdan, nanti saja abi tempelin di kamar. Ya?” kataku.

Zahdan mengangguk mengiyakan.

“Oya, mau difoto dulu? Bareng sama Afkar sama Bika?” tawarku.

Zahdan lagi-lagi mengangguk, lalu bergaya dengan pose merayakan kemenangan. Wajahnya yang ini teramat berbeda dengan wajah cemas sebelum lomba.

He..


      

No comments:

Post a Comment