“Zahdan mah ngga akan ikutan, ah!” tegas Zahdan, raut
wajahnya terlihat cemas.
“Lho, kenapa?” tanyaku.
Bukannya menjawab, Zahdan terus memandang ke arah kolam. Memperhatikan
setiap peserta lomba yang bergantian meloncat gagah kedalam air, lalu
menggerakkan tangan dan kakinya cepat-cepat, hingga sekian detik kemudian sudah
tiba di tepi.
“Oh, gak usah takut, Nak! Itu mah kan anak-anak gede. Zahdan
kan masih kecil, baru belajar, pasti nanti dibantuin sama Bapak pelatihnya,” hiburku.
Zahdan lagi-lagi tak menjawab, masih terus memandang ke arah
kolam.
Ya, baru sebulan ini anak kecil itu diikutkan les renang. Dalam
seminggu, seharusnya ikut tiga kali pertemuan. Namun karena aku tak bisa selalu
mengantar, alhasil Zahdan hanya ikut satu atau dua kali setiap minggu.
Awalnya, Zahdan takut-takut masuk ke air. Banyak beralasan ‘nanti
dulu lah’, ‘sedang batuk lah’, dll. Kendati akhirnya sang Pelatih berhasil
meyakinkan Zahdan untuk ‘nyebur’ dan menggerakkan kaki kecilnya.
Hanya beberapa waktu, Zahdan mulai merasa seru. Apalagi ada
Afkar dan Bika yang tergabung di kelas yang sama. Ateu Mida dan Kaka Ziya pun,
ikut belajar serta. Membuat Zahdan semakin bersemangat untuk terus berlatih.
“Abi, lihat aku bisa menyelam!” katanya, di sela-sela
latihan. Itu Zahdan ucapkan sesaat sebelum menahan nafas dan menenggelamkan
kepalanya di bawah permukaan kolam. Hingga empat detik kemudian muncul kembali
dengan wajah yang girang. Aku tersenyum memperhatikannya.
Dari awal kami hanya berharap, semoga dengan berlatih renang
ini asma Zahdan akan tersembuhkan. Nafasnya lebih lega, paru-parunya lebih lapang.
Minimal tak sering kambuh di hampir setiap malam. Itu saja.
Tatkala diberitahu
perihal lomba pun, aku sebenarnya ragu untuk mendaftarkan. Lah, anak itu kan
baru belajar. Seorang saudara meyakinkan bahwa lomba ini untuk memotivasi, menumbuhkan
keberanian anak. Mereka yang belum bisa akan dibantu oleh pelatih di sepanjang
lintasan. Zahdan sendiri pun terlihat begitu bersemangat, jika yang lain
ikutan, dia pun tak mau ketinggalan.
Sebulan belajar. Maka wajar rasanya jika kali ini Zahdan
merasa khawatir. Apalagi kolam yang ini airnya lebih dingin, ditambah dasarnya yang
juga lebih dalam.
“Kolamnya dalem banget Abi, kaki Zahdan gak nyampe!”
katanya.
Aku mengangguk membenarkan.
“Iya, gak apa-apa ... tenang! Yang penting, pas denger suara
peluit, Zahdan nyebur aja! Pegang pelampungnya yang erat, gerakkan kakinya kuat-kuat!
Jangan pikirin yang lain!” nasihatku.
Zahdan tidak mengangguk, tidak pula menggeleng.
“Err ... Kau pasti bisa, Kapten Zahdan!” lanjutku,
menyinggung tokoh Kapten Bajak Laut di cerita Alkisah Putri Armida.
Zahdan menoleh. Dia tentu tahu benar cerita itu, lantaran hampir
setiap malam aku membacakan bab per babnya. Dia tahu keberanian dan kebaikan
tokoh tersebut, sampai terkadang bangkit dan melompat di atas kasur, sembari
mengayunkan tangan kiri yang seolah berubah kait.
Pun sekarang, mendengar kata-kata barusan, Zahdan langsung
tersenyum padaku.
“Aye-aye, Abi!” jawabnya, dengan sorot mata yang berubah seperti
bajak laut sejati.
***
Usai lomba, Zahdan diberi kalung sebuah medali. Berwarna
perunggu, dengan angka tiga yang terukir begitu jelasnya. Afkar mendapat mendapat
medali berwarna perak, meraih juara dua.
“Abi! Aku dapet medali!! Ada angka tiga, aku juara tiga!”
ucap Zahdan, girang sekali wajahnya.
Aku terkekeh, mengusap kepalanya sembari mengucapkan
selamat. Ya, juara ketiga dari tiga orang anak, dan semuanya mendapatkan medali,
sungguh langkah yang sangat bijak dari para penyelenggara. Dengan begitu anak-anak
akan tetap bersemangat untuk terus berlatih. Termasuk Zahdan yang baru belajar
sebulan.
“Abi, ini pake medalinya sama abi!” kata Zahdan, bersikeras
hendak mengalungkan medali itu padaku.
“Aduh, gak usah Nak! Ini kan medali Zahdan, nanti saja abi
tempelin di kamar. Ya?” kataku.
Zahdan mengangguk mengiyakan.
“Oya, mau difoto dulu? Bareng sama Afkar sama Bika?”
tawarku.
Zahdan lagi-lagi mengangguk, lalu bergaya dengan pose merayakan
kemenangan. Wajahnya yang ini teramat berbeda dengan wajah cemas sebelum lomba.
He..
No comments:
Post a Comment