07/09/2019

Sahabat Terbaik Zahdan

Dulu, di perumahan ini Ziya memiliki sebuah geng, ASiMa namanya. Singkatan dari nama-nama mereka sendiri, yakni Armida, Silmy, dan Maziya. Trio yang pernah didaulat untuk mengurusi Taman Baca Mumtaza. Berbagi tugas melayani anak-anak yang hendak membaca atau meminjam buku.

Selama beberapa waktu, ASiMa memang selalu bersama kemanapun juga. Membeli makanan ke warung bertiga, pergi ke mesjid bersama-sama, serta bermain di taman dengan kompaknya. Mereka akan memilih menunggu jika salah seorang belumlah tiba.

Istilah 'no one left behind' benar-benar mereka terapkan.

Tak cukup, mereka mengenakan pula baju yang senada. Ditambahi dengan memakai pernak pernik yang nyaris tak ada beda. Bolpoin dan dompet, kertas binder, ataupun bros cantik yang disematkan di kerudung. Dan tatkala seorang darinya lupa tak memakai bros, maka dua lainnyapun akan kompak melepas bros.

Prinsip 'one for all, all for one', sungguh-sungguh mereka jalankan.

Sayangnya, geng ini terpaksa berhenti karena kepindahan Silmy. Tempat tinggalnya kini jauh berkilo-kilo meter dari komplek ini. Terang saja Ziya dan Armida berduka, Taman Baca pun ditutup sementara.

Meski demikian, Ziya masih suka menulis cerita tentang mereka bertiga. Ia pun beberapa kali mengirim kado dan menitipkan surat. Ziya sering berkata bahwa Silmy adalah sahabatnya.
Seorang sahabat terbaik yang pernah Ia punya.

Dan hei..! Kata-kata itu ternyata terdengar oleh Zahdan kecil. Walau belum mengerti benar apa arti sahabat, Zahdan tetap tak mau kalah. Ia ingin punya sahabat seperti kakaknya.

Sesuatu yang tampaknya mudah saja bagi Zahdan, lantaran di sekitarnya banyak anak yang mau berkawan. Zahdan tinggal pilih seorang, lalu.. Abrakadabra! Jadilah Zahdan punya sahabat.
Bagai cepu dengan tudungnya, pilihan Zahdan ternyata jatuh pada anak bernama Mikel, adik dari Silmy sendiri. Dulu, Zahdan kecil memang sering bermain bersamanya. Meski tak sampai pada tahap membuat geng, atau kompak memakai bros yang sama.

Kepindahan Silmy, artinya sama dengan kepindahan Mikel. Zahdan kerap 'ikut-ikutan' menulis surat, padahal membaca saja Ia belum bisa. Setelah menggoreskan pensil disana sini, Ia meminta tolong diejakan kata, 'teruntuk.. sahabat terbaikku'.

Aih, ada-ada saja anak kecil berponi ini!

Terkadang, Zahdan bahkan terlihat duduk menatap jendela sembari memegang fotonya bersama Mikel. Dengan segurat bibir yang tertekuk, ditambah dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Zahdan kemudian lirih berkata..

'Zahdan kangen sama Mikel..' ucapnya, hanya sedetik sebelum pecah tangisnya.

Entah karena Ia kangen betulan, entah lantaran hanya ingin diperhatikan. Buktinya, ketika tiba-tiba ada Byaz dan Jamil -teman lain- datang, mengajak bermain robot dan mobil-mobilan, Zahdan seketika saja menjadi riang. Berlari-lari keluar rumah sembari menenteng mainan. Meninggalkan foto yang semula dipegang tergeletak sembarang.

 Lagi-lagi, Aih.. Ada-ada saja anak ini!

No comments:

Post a Comment