08/03/2016
Zahdan dan Es Krim
Sebuah tangan mungil menarik-narik jariku, "abii.. Ayuh.. Ayuuh.."
ujarnya tak sabar. Aku mengikuti langkahnya sembari tersenyum, "iya
nak.. Sebentar.." ujarku, menggenggam erat tangan kecilnya, khawatir ia
terhuyung dan terjatuh. Zahdan memang seringkali tak sabaran, geraknya
tak beda dengan kijang. Loncat kesini, loncat kesana. Lari kesini, lari
kesana. Sementara kakinya belum terlalu mantap menginjak bumi. Alhasil
ia kerap terjatuh ketika kakinya terantuk sesuatu. Pintu kaca
supermarket terbuka, sebuah sapaan ramah dari karyawannya menyambut
kedatangan kami. Aku membalasnya dengan anggukan kecil. Zahdan langsung
berlari ke tempat es krim, hanya sesaat setelah lepas dari peganganku.
"ais kim.. Ais kim.. Abbii.. Ais kiim.." celotehnya riang, mengundang
perhatian semua orang di toko. "iya.. Sebentar ya.." jawabku lagi,
sambil menengok ke belakang, ke arah kakaknya yang tengah berjalan
melenggang dengan santainya. "ziya ayo cepetan..." panggilku. Yang
dipanggil tak menyahut, hanya sedikit mempercepat jalannya. Ya, sedikit,
karena jika gerak zahdan ibarat kijang, gerakan ziya itu sebaliknya.
Seperti bunga salju yang beterbangan, meluncur diantara rerumputan
dengan anggunnya. Aku mendehem pelan, ziya menoleh, lalu tersenyum
sembari mempercepat kembali gerak kakinya. "abbii.. Lihat.. Ada ais kim
kua-kuaa" teriak zahdan, maksudnya es krim kura-kura. Aku mengangguk,
menghampiri zahdan yang berjinjit didepan etalase es krim. "oya? Kenapa,
zahdan mau es krim kura-kura? Iya?" tanyaku. Zahdan kecil mengangguk
mantap, "iya.. Mau.. Tu.. Mau ais kim.." ucapnya, menggemaskan. Aku
mengambil es krim tersebut, lalu memberikannya pada zahdan. Zahdan
berteriak girang "yeee.. Asiik" ujarnya, langsung berlari menuju ke meja
kasir, menerobos orang2 yang tengah mengantri, lalu berjinjit demi
meletakkan es krim diatasnya. "zahdan.. Tunggu.. Jangan dulu... "
cegahku yang tak dipedulikan zahdan. Orang2 yang mengantri hanya
tersenyum melihat zahdan kecil, tingkah lakunya menggemaskan. Siapapun senang melihatnya. "zahdan, jangan dulu, ka ziya kan belum selesai
jajannya" ucapku, sambil mengambil es krim dari atas meja kasir. Zahdan
langsung menoleh kanan kiri, berceloteh lagi "ka jia.. Ka jia mana.. "
katanya sembari berlari-lari mencari kakaknya. Sementara yang dicari,
diam tak menyahut. Tengah asyik sendiri memilih-milih buku tulis dan
pulpen. "abi, ziya boleh beli yang ini?" tanyanya saat kuhampiri. "loh,
ziya ga beli makanan?" tanyaku. Ziya menggeleng, "ngga
ah, yang ini aja. Boleh ya abi?" ujarnya. Aku tersenyum, "buku ziya
yang dulu udah abis ya. Ya udah, boleh beli buku, tapi beli makanan juga
ya, biar perutnya diisi" kataku. Ziya mengangguk setuju. "naaah.. Ni ka
jia.. Ka jia.. Ayuuh.. Ais kim.. Mau? Iya?" celoteh zahdan tiba-tiba.
Ziya menggeleng santai. "ka ziya ga suka es krim zahdan.." jawabnya.
Tapi zahdan tak peduli, ia meraih tangan ziya, lalu menariknya ke arah
etalase es krim.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment