27/12/2015

Anna vs Anna

Hari itu panas sedang terik-teriknya. Menyengat makhluk-makhluk yang hilir mudik bertebaran di jalanan kota Garut. Entah, mungkin bulatan matahari diatas kepala itu tengah mendekat beberapa inci ke permukaan bumi. Menyapa setiap manusia yang selalu saja mengeluh pada cuaca, baik itu hujan maupun panas, mereka selalu mengeluh. Atau mungkin gumpalan awan saja yang tengah menyingkir dari langit. Membiarkan panas matahari langsung menghujam kepala-kepala manusia yang pongah. Mereka yang merasa angkuh atas apa yang ia miliki, sombong atas apa yang bisa ia lakukan. Padahal, untuk menghentikan keriput wajahnya saja ia tak mampu. Dan untuk menghitung rambut di kepalanya saja ia tak bisa. Namun sungguh aneh, kesombongan yang ia kenakan begitu luar biasa. Enggan ia untuk menundukkan kepalanya, apalagi untuk meletakkan dahinya di atas tanah, bersimpuh, berserah atas segala keterbatasan yang ia miliki. Berserah pada Sang Pencipta yang Maha Kuasa atas segalanya.

Panas yang terik, tak menghentikan nyanyian ziya diatas sepeda motor yang tengah melaju. Nada-nada lagu "Let It Go"nya film Frozen, disenandungkan ziya dengan lancar tanpa terbata. Meski liriknya ia lafalkan menurut versi ia sendiri, dan tak perlu melihat kamus untuk mengetahui artinya. Karena pasti tak akan bisa kita temukan apa yang ziya katakan.
"Abi lihat.. ada baju frojen..!!" teriak ziya, sembari menunjuk salah satu toko pakaian anak di pinggir jalan. Aku melirik sebentar, lalu menjawabnya. "Waah... iya.. bajunya bagus ya?" kataku. Ziya mengangguk mantap. Sedetik kemudian, ziya bertanya begitu saja "Abi, kalo abi lebih milih Anna atao Elsa..?" tanyanya. Belum sempat aku menjawab, ziya sudah "nyerocos" panjang lebar "kalo ziya mah suka Anna da, bajunya bagus ada warna ungunya, ziya kan suka warna ungu juga, kalo dulu ateu suka sama Elsa, soalnya elsa punya kekuatan salju". Aku mendengarkan ziya dengan sabar, menunggunya menyelesaikan kata-katanya. "Mmm.. kalo abi mah suka siapa ya, olaf aja gitu?" kataku. Ziya langsung berkata nyaring "Abi mah Kristop aja, kalo olaf itu zahdan. Zahdan kan lucu kayak olaf" kata ziya. "He... Iya..iya nak, zahdan jadi olaf ya.." jawabku singkat. Ziya tertawa-tawa, lalu tak berapa lama ia melanjutkan lagi senandungnya, kali ini lagu "For The First Time In Forefer.

Wabah Frozen memang tengah menyebar luas. Dari anak-anak, sampai dewasa tahu film animasi tersebut. Gambarnya pun bisa kita temukan dimana saja. Dari mulai alat tulis, hingga pakaian anak dan remaja, semua bergambar Elsa dan Anna, dua tokoh film tersebut. Tak ketinggalan dengan ziya, semua pernak-pernik yang ia kenakan haruslah bergambar frozen. Jaket, buku, pensil, lemari, semua haruslah ada gambar Frozennya. Video lagunyapun berulang kali ia putar ulang di layar handphone dan laptop. Demam frozen sungguh-sungguh telah menyerang anak ini. Jika maghrib tiba, Ziya memakai kerudung ungu umminya yang besar, lalu menjadikannya sebagai sayap di punggungnya. Sedetik kemudian ia sudah berlari di luar, memerankan tokoh Anna yang tengah menelusuri salju. Umminya hanya bisa mewanti-wanti, jangan sampai kerudungnya kotor.

"Abi, fol de feus taym teh apa artinya?" ujar ziya suatu kali. "Apa.. oh.. maksudnya itu For the first time, itu artinya untuk yang pertama kali" jawabku, baru mengerti dengan yang dimaksud ziya. "Kalo folefel apa artinya?" tanyanya lagi. "Forever, itu artinya selamanya" jawabku. "Ooh.. jadi kalo fol de feus taym in folefel apa artinya?" ziya bertanya sembari menatapku. Aku mengernyit, "Mmm.. apa ya. Artinya untuk yang pertama kali dalam selamanya" jawabku hambar, merasa bingung dengan jawabanku sendiri. Untungnya, ziya tak peduli, Ia malah tersenyum senang. Lalu berlari riang keluar rumah menemui teman-temannya. Belakangan, ternyata hal tersebut ia sampaikan pada temannya. "fol de fes taym in folefel itu artinya, untuk yang pertama kali dalam selamanya" ujarnya dengan penuh percaya diri. Teman-teman yang mendengarkannya melongo keheranan. "Jadi, artinya apa itu teh?" tanya mereka.

Demam Frozen lambat laun telah membuat ziya enggan lagi berkerudung saat main keluar rumah. Ia lebih suka memakai sayap dipunggung ketimbang kerudung di kepalanya. Ia beralasan, "takut diketawain orang lain. waktu itu juga ziya pake kerudung, malah diketawain sama anak laki-laki" jawabnya ketika kutanya. Aku tersenyum "ziya, anak laki-laki itu mah bukan ngetawain ziya yang pake kerudung, tapi dia mah ketawa sendiri, soalnya ada semut masuk ke ketiaknya. Jadi kegelian, trus ketawa-tawa sendiri. Coba aja ziya, kalo ada semut masuk ke ketiak ziya, pasti bakal geli kayak... Giniii... !!" paparku, yang lalu diakhiri dengan menggelitiki ziya. Ziya tertawa-tawa kegelian.
Setelah kejadian itu, ziya kembali memakai kerudungnya ketika keluar rumah. Meski beberapa kali ketika ada anak laki-laki yang katanya pernah mentertawakannya, ziya cepat-cepat kembali ke rumah, bersembunyi. Melihatnya, aku hanya menghela nafas panjang "Huft.. ternyata tak mudah". fikirku.

Suatu kali, aku mendekati ziya yang tengah menggambar tokoh Frozen. "Ziya, tahu ga.. abi lihat film Anna yang beneran.." kataku. Ziya langsung meloncat, mendekat kearahku. "Anna yang beneran? dimana abi? dimana? ziya juga pengen lihat.." katanya, penuh antusias. Aku tersenyum, lalu melanjutkan ceritaku. "Kalo Anna yang ini mah muslim, suka sholat, sama pinter ngajinya juga. Pake kerudung, kerudungnya panjang, bajunya juga kayak princess muslimah" kataku. "Waah.. kerudungnya warna apa abi?" tanya ziya. "Kerudungnya warna biru, kadang pake yang warna ungu juga. Nah, Anna yang ini mah udah pernah nulis buku. Judul bukunya melukis pelangi" jawabku. Ziya terlihat semakin antusias. "Mana abi.. mana... Ziya juga pengen lihat filmnya.." kata ziya. Aku meneruskan ceritaku. "Iya, nanti kita lihat. Anna yang ini mah, bukan Anna dari Arendelle, nama panjangnya malah lebih bagus" kataku, menambah penasaran ziya. "Apa.. apa abi? apa nama kepanjangannya?" ziya bertanya tak sabar. "Namanya, Anna.... Anna Althafunnisa.." jawabku. "Anna altafunisa..?" tanya ziya. Aku menjawabnya dengan anggukan, lalu merogoh handphoneku, membuka file video ceramah singkat oki setiana dewi. Tema yang diterangkannya kebetulan tentang idola. Ziya memperhatikannya dengan sungguh-sungguh. "Anna nya cantik abi, bajunya juga bagus, kayak princess muslimah" bisik ziya, dengan pandangan yang tetap tertuju pada layar handphone.

Usai menyaksikan ceramah tersebut, aku memberi penjelasan. "Nah ziya, denger kan tadi kata Anna Althafunnisa. Nanti di akhirat, manusia tu baris ngikutin idolanya. Kalo idolanya anna sama elsa yang ga suka sholat, ya pas anna sama elsa dibawa malaikat masuk neraka, yang suka sama anna juga bakal ngikutin masuk neraka. Tapi kalo sukanya sama princess fatimah yang rajin sholat, yang sholehah, yang sering sedekah, nanti pas princess fatimahnya masuk surga, yang suka sama princess fatimah juga bakal ngikutin masuk ke surga. Begitu nak.." paparku. Ziya mengangguk tanda mengerti.

Besoknya, ziya terlihat memakai kerudungnya saat bermain di luar rumah. Bercerita pada teman-temannya tentang Anna yang muslimah, Anna Althafunnisa. Seperti biasa, teman-temannya melongo keheranan, tak mengerti dengan apa yang ziya ceritakan. He..

No comments:

Post a Comment