29/06/2024

Science Fair (lagi)

 Science Fair, program ini rasanya sudah menjadi rutinitas tahunan di Kreospora. Sebuah agenda dimana anak dan orang tua, mesti bekerja sama dalam pembuatan project sains sesuai tema.

Kemudian, semua project-project ini akan ditampilkan. Para siswa menjagai masing-masing karya mereka, sembari memberikan presentasi pada pengunjung yang datang.

Bagiku dan Zahdan, rutinitas ini teramat unik dan menantang. Biasanya, dimulai dengan sebuah debat di atas kertas. Rancangan ini, rancangan itu. Sistem seperti ini, sistem seperti itu. Ide-ide yang muncul, berupaya dipetakan dalam sebuah sistem yang memungkinkan untuk dikerjakan.

Tak cukup, kami seringkali menyengaja mencari bahan. Berjalan-jalan ke toko buku, toko mainan, tak lupa membongkar ulang barang-barang bekas yang sengaja dikumpulkan. Sesuatu yang kerap diprotes Umminya Zahdan.
“Buat apa sih numpuk-numpuk barang, mendingan dibuang!”
Satu kalimat yang membuktikan, bahwa memang ada perbedaan cara berpikir laki-laki dan perempuan. hehe..
...

Setelah Ide dan bahan didapat, maka selama beberapa hari ruangan taman baca akan seperti kapal pecah.
Serius.. Super berantakan..!
Gunting, lakban, lem, cutter, bercampur dengan potongan-potongan bahan, teronggok dimana-mana.

Jika sudah demikian, aturan “tak boleh dibereskan” pun berlaku. Dan kami berdua mengerjakannya sepanjang waktu, bahkan acapkali begadang hingga larut malam.

“Zahdan, gunting dimana? Habis pakai teh simpen lagi atuh!” gerutuku.

“Ah, abi pelupa ya? Itu kan di dekat kaki abi sendiri!” jawab Zahdan, sambil terkekeh.
Aku menepuk jidat. Benar juga, ternyata ada disini.

“Abi, kalau spidol warna hitam, yang permanent tea, ada dimana? Yang ini mah sudah habis” tanya Zahdan.

“Ah, Zahdan ternyata pelupa juga, ya? Itu disana!” jawabku.

“Dimana?” Zahdan melihat kesekitarnya.

“Disana!” kataku lagi.

“’Dimana, abi?” Zahdan terus mencari, tangannya menyibak benda-benda yang bisa menutupi.

“Disana, Zahdan! Di toko photo copy!” kataku, lalu balas terkekeh.

Zahdan langsung menatap datar ke arahku.

“Abi bercanda?”
***

He.. project sains fair dari sekolah semacam ini, adalah nyata project kebersamaan. Project yang menyatukan.

Em.. Iya, sih! Projek yang lumayan menguras pikiran juga. Serta projek yang bikin rumah berantakan. Hehe..

Namun yang pasti, agenda ini telah berhasil menjadi cerita tersendiri. Yang boleh jadi, akan selalu terkenang indah kala mereka dewasa nanti.
Insya Allah..

Terima kasih #Kreospora.

#muhammadmuzahdanmumtazanazmi






 

Satu, Dua, Tiga

 Episode kemarin, di gedung Art Center.

Ziya Si Anak Pertama, tampak santai menjaga stand Taman Baca.
Duduk tanpa banyak bicara, sembari terus berkutat dengan buku sketsa.

Hanya sekali dua kali, dia berdiri melayani para pembeli. Tanpa banyak berkata, tanpa banyak menyapa. Ya, secara kasat mata, Ziya bersikap santai sekali. Terlalu santai, bahkan. Membuat greget orang-orang di sekitarnya.

Yang pasti, para pembeli mungkin tak ada yang menyangka, jika sebagian buku yang dibeli, adalah karya dari remaja santai yang tengah duduk dihadapan mereka.

***

Lanjut ke Zahdan. Si Anak yang dulu berponi ini, tampak tengah sibuk menyiapkan diri. Mengemban tugas untuk menari bersama kawan sekelas, serta memberi presentasi tentang projek yang dia buat.

Sesekali, dia memastikan kembali, "Abi.. ilmuwan muslim yang menemukan gravitasi teh namanya Al Khazini, ya?"
Aku mengangguk sekali, sambil memijit ringan kedua pundaknya.
"Santai, Zahdan.. Tenang aja.."

Ya, anak itu memang kerap serius dalam segala hal. Dalam hal aturan, kompetisi, atau tugas yang diemban.

Dia seperti terus berusaha keras untuk memberikan yang terbaik. Bertekad kuat membahagiakan orang tua, guru, kawan, atau sesiapapun yang meminta dan mengandalkannya.

***

Sedangkan Zhira..
Ah, hari ini Si Anak Lucu itu tampak berkali-kali lipat lebih lucu.
Zhira dan kawan sekelasnya didandani seperti kelinci, memakai sarung tangan mini, untuk kemudian menari dengan lincahnya, melompat dan berlari kesana kemari.

Yang seolah kebetulan, dandanannya itu mengingatkanku pada cover buku tentang dia sendiri, judulnya "Ragam Cinta Bersama Zhira".

Ah, jika saja ada edisi kedua, mungkin kostum kelincinya ini akan masuk kedalam cerita.

#maziyamufidahmumtazailmi
#muhammadmuzahdanmumtazanazmi
#mazhiramutsbitamumtazahathfi
#kreospora




 

 

Astronomi

Aku, dan Zahdan.
Dua insan yang sama terobsesi pada astronomi,
sama-sama menyukai planet dan bintang,
pun sama-sama bermimpi menginjakkan kaki di bulan.
 
Maka meneropong langit semacam ini, 
sama saja seperti dua pendar cahaya di lintasan lubang hitam.
Sekejap mata langsung tertarik.. 
Dan begitu mustahil untuk dilepaskan.
 
Atau ibarat garis-garis antar bintang. 
Yang tidak nampak memang, 
tetapi konstelasinya selalu terhubung tak terelakkan.
 
Entahlah. 
Mungkin karena diluar sana suasananya lebih sepi dan tenang.
Tak seperti di bumi, 
yang di era sekarang dipenuhi hingar bingar nan melenakan.
Teramat ramai dengan arogansi-arogansi kekuasaan. 
Terlampau angkuh dengan kemewahan harta didalam genggaman.
 
Tak sadar, 
bahwa semuanya itu kan ditinggalkan. 
Dan kita akan disidang di hadapan Allah,
sendirian..
 

 

26/06/2024

Si Anak Pertama

16 Juni, 16 tahun ke belakang.

Bayi yang tak menangis itu lahir ke dunia, 
si anak pertama yang mengubah cara pandang hidupku terhadap dunia.
 
Ya, sejak pertama bersekolah, Aku selalu menyempatkan diri mengambil raportnya. 
Mulai dari tingkat TK, SD, Pesantren di luar kota, 
sampai SMA seperti sekarang ini.
Biasanya, sesi konsultasi diisi dengan kalimat, sudah bisa berkomunikasi dengan kawan, sudah punya teman,tidak lagi pendiam, dan semacamnya. 
Yang lama kelamaan, aku mulai terbiasa dengan apa yang para guru tersebut utarakan.  
 
Jelas, anak itu sudah banyak berubah. 
Dari yang semula kerap bersembunyi di belakang kaki, kini dua kali lipat lebih tinggi. 
 
Maziya kini berkali-kali lebih berani, 
bahkan menjadi penulis cerita yang teramat menyentuh hati.
 
Yang pasti, selamat ulang tahun, Maziya.
 
Selamat meniti waktu menjadi dewasa.

Speechless

Speechless.. Capaian seperti ini, sungguh diluar ekspektasi. 
Ketika nasihat yang kuberi adalah 'santai saja', 
atau 'tenanglah nak, tak usah merasa terbebani'.
 Namun, anak ini justru malah berlari. 
Berusaha 'melompat' lebih tinggi, 
lagi dan lagi..
 
Maka tak ada banyak yang bisa terucap, 
selain Alhamdulillah, 
bersyukur tiada terperi, 
serta ditambah sedikit hujan di kedua pipi.
 
Berbaris-baris do'a dan terima kasih, 
tertutur kepada SD Kreospora yang sudah banyak membimbing dan mengajari.
 
Jazakumullahu ahsanal jaza..