"Abi, boleh aku bantuin?" tanya zahdan, tiba-tiba.
Aku menoleh, lalu langsung mengangguk mengiyakan.
"Tentu saja boleh, sangat boleh bahkan" jawabku, senang.
Karena dengan tenaga yang hanya tinggal sisa, dan dengan telah terkurasnya pikiran dalam kepala, tentu bantuan siapapun akan aku terima.
Dan zahdan, untuk yang kesekian puluh kalinya, menjadi orang yang melulu datang menawarkan bantuan. Membantu apapun yang dia bisa.
Dari sekedar membersihkan rak sampai membereskan buku bacaan.
Dari memberi makan ikan, sampai membuatkan adiknya semangkuk mie instan.
No comments:
Post a Comment