09/08/2020

Ziya dan Zahdan, kincir atau baterai?

 

Sebagai lulusan SMK teknik, rasanya perumpamaan ini lebih mudah dicerna. Introvert, dan ekstrovert, ternyata jika dianalogikan ibarat baterai, dan kincir.

Zahdan si anak ceria, sudah tentu serona kincir. Aktif bergerak, antusias dalam banyak hal, teramat suka dalam lingkungan yang ramai.

Zahdan selalu membutuhkan 'angin' untuk mengisi energinya. Komunikasi bersama orang banyak membuat 'daya'nya semakin besar. Unjuk gigi di panggung yg tinggi, itu yg ia ingini.
 
Dan layaknya kincir, begitu ia terhenti, tiada hembusan angin lagi, maka energi Zahdan akan cepat habis. Konsentrasinya menurun, moodnya berubah. Itu artinya, ia sangat butuh bercerita dan didengarkan. 
 
Sedangkan ziya yang pendiam, pastilah seolah baterai. Untuk mengisi energinya, butuh di'charge' dulu di ruang yg senyap. Menyendiri, adalah bentuk isi ulang energi. Waktu mengisinya memang lebih lama dibanding kincir, namun setelah terisi penuh, Ia tak akan cepat habis. Ziya masih terus tekun, tetap bertahan dalam mengerjakan sesuatu.
 
Yang sangat menghabiskan energi ziya tentu saja keramaian. Komunikasi, sosialisasi, menyedot energinya sedemikian rupa.
 
Jikalau zahdan mudah kehilangan konsentrasi, maka ziya mudah kehilangan niat. Sesuatu yang hanya pulih setelah membiarkannya merenung sendiri.
 
Ya, butuh kesabaran untuk membimbing dan mendampingi mereka. Lebih bersabar lagi tatkala keduanya bersitegang. Harus berhati-hati kala menengahi. Terus menasihati, mengarahkan, memacu mereka meraih prestasi. 
 
Sedangkan perihal koreksi, adalah mustahil tanpa didahului eratnya koneksi.
 
Ah, kincir maupun baterai, keduanya tetaplah dibutuhkan dunia. Keduanya bisa gemilang dengan masing-masing jalannya.
😁

No comments:

Post a Comment