“Oy!! Sstt dulu atuh!! Lihat dulu Zahdan!!” teriak Zahdan, pada kami
yang tengah berbincang.
Semua yang ada langsung tersenyum, melihat
Zahdan, lalu mempersilahkan.
Tak lama, Zahdan langsung beraksi.
Memantapkan kaki, menyisir rambutnya dengan jemari sendiri, lalu
menggerakkan kepalanya sedikit ke arah kiri. Kami cekikikan menahan tawa
melihat ulahnya ini.
“Nah.. Zahdan ganteng kan? Ganteng kan?” tanya Zahdan kemudian.
Semua orang yang melihatnya langsung mengangguk mengiyakan. Sebagian yang lain tertawa sambil bertepuk tangan.
“Iyaa Iyaaaa.. Zahdan ganteng..” pujiku.
Yang dipuji tersenyum lebar, kemudian melompat-lompat karena senang.
Berciat-ciat ala superhero dan pahlawan. Tak lama, Zahdan berlari-lari
ke ruangan sebelah.
Kamipun kembali berbincang. Sesekali mengajak
main Zhira, berusaha membuatnya untuk tertawa. Tak susah, karena Zhira
yang memang begitu ramah. Mudah sekali tersenyum pada orang di
sekitarnya.
“Zhira lucuu.. bikin gemes..!” ucap seorang saudara.
Kami tertawa, bersepakat dengan pendapatnya.
Beberapa detik setelahnya, Zahdan muncul kembali.
“Oy!! Sstt dulu atuh!! Sst duluu!! Lihat Zahdaan!” teriaknya.
Semua yang ada lagi-lagi tersenyum, melihat ke arah Zahdan, kemudian mempersilahkan.
Zahdan pun kembali beraksi. Lagi-lagi memantapkan kaki, menyisir
rambutnya dengan jemari sendiri, lalu menggerakkan kepalanya sedikit ke
kiri. Diakhiri dengan kata-kata yang serupa dengan sebelumnya.
“Nah.. Zahdan sekarang ganteng kaaan? Zahdan ganteng kaan?” tanyanya.
Semuanya tertawa lantaran ulah Zahdan, namun tak urung mengangguk
mengiyakan. Tepuk tangan yang diberikan pun lebih keras dari sebelumnya.
“Yeiy.. Zahdan ganteng!!” kata seseorang.
“Iyaa.. Zahdan memang ganteng!” pujiku lagi.
Zahdan tertawa senang, bergaya tengah melancarkan jurus, terus berlari
lagi ke ruang sebelah. Meninggalkan kami yang menggeleng-gelengkan
kepala melihat tingkahnya.
….
Zahdan memang berbeda. Ia bisa
begitu percaya diri tampil di hadapan banyak orang, menyanyi lagu yang
Ia tahu sambil tertawa-tawa, serta melontarkan satu dua tebakan yang tak
jelas jawabannya.
Termasuk kala diminta untuk naik ke atas
panggung. Anak berponi itu terlihat sangat antusias dan bersemangat.
Salah satunya ketika prosesi kenaikan kelas, yakni saat Ia memerankan
monyet dalam lagu “walking in the jungle”.
Zahdan tampak
menikmati beberapa detik durasi tampilnya itu dengan raut yang bangga.
Ia bahkan tak ragu melompat-lompat ala monyet betulan. Mengundang tawa
dan tepukan dari para orang tua yang menonton.
Bangga yang sama
sontak menular padaku. Menahan senyum sembari menatap haru ke arah
panggung. Ingin sekali berkata dengan bangga pada orang di samping..
“itu anakku! Ya, yang memerankan monyet itu adalah anakku!”.
Sayangnya, yang ada di sebelahku hanyalah dinding dan deretan pohon.
Dinding tempatku bersandar, dan pohon tempatku bersembunyi. Entah dengan
barisan semut merah, bisa jadi mereka menatap curiga di antara celah.
He..
Maka biarkanlah Aku berkata disini saja, mengucap kalimat
singkat pada setiap orang yang membaca tulisan ini.. Ataupun Zahdan
sendiri ketika Ia sudah bisa membaca dan dewasa nanti.
“Hei, itu anakku! Ya, yang memerankan monyet itu adalah anakku! Zahdan namanya, Muzahdan lengkapnya! Ia ganteng bukan?”.