Ad : Rasa-rasanya, baru kemarin sore aku menyemir sepatu kerjamu.
Al : (senyum)
Ad
: Ya, waktu itu jika sepatumu kurang mengkilap, kau akan menyuruhku
mengulanginya lagi hingga benar-benar mengkilap. Sampai terkadang, aku
mengerjakannya sembari menggerutu kesal.
Al : He..
Ad
: Dan rasa-rasanya, baru semalam aku memijati pundakmu hingga kau
tertidur lelap. Seringkali, aku berharap kau lekas tertidur, hingga aku
bisa cepat-cepat berjinjit menjauh..kabur.. jika tidak..kau akan segera
memanggilku kembali..
Al : Hehe..
Ad : Kau pasti kecewa padaku..
Ad
: Padahal masih kuingat betul, ketika kau kau menggendongku
dipunggungmu. Membawaku bermain di tempat kerjamu.. Membuatkanku kamar
dan lemari belajar sendiri.. Dan membelaku ketika lembar jawaban
ulanganku disalahkan oleh guru di sekolah.
Al : (diam)
Ad :
Rasa-rasanya, baru tadi pagi kau mengusap kepalaku, dan berbisik tulus
ditelingaku "sabar ya nak..", ketika aku terbaring menahan sakit di
ruang UGD Rumah Sakit setelah kecelakaan motor.
Al : (masih diam)
Ad
: Dan..rasanya baru tadi maghrib.. Aku bersimpuh di hadapan jasadmu,
terbungkus kafan putih. Aku tersedu.. merasakan kesedihan dan
penyesalan, Kenapa kau tak bersedia menunggu. Menungguku hingga bisa
menyenangkanmu. Menungguku hingga bisa membuat bangga dirimu.. Menunggu
hingga kau bisa berkata bangga pada para tetangga.."itu anakku..".
Sebangga ketika dulu kau menunjukkan angka-angka didalam rapotku pada
mereka. Tampak jelas kau begitu senang berkata "ini rapot anakku.."
Al : (masih terdiam)
Ad : Mungkin itulah satu-satunya kejadian dimana aku bisa menyenangkanmu. Kenapa kau tak beri waktu untukku melakukannya lagi?
Al : .... (senyum) sudahlah.. Eh, gimana kabar anak-anak? sehat ?
Ad
: Huft.. Alhamdulillah sehat. Kau memang bukan pembicara yang baik.
Setiap kali membuka obrolan, kau selalu saja bertanya kabar anak-anak.
Tak pernah yang lain.
Al : haha... dan itu menurun padamu bukan?
Ad : He.. iya..
Ad
: Alhamdulillah..kini aku bisa menyicil rumah dan kendaraan.. Kau tak
harus lagi murung seperti ketika dulu kau mendengar kabar aku diusir
dari kostanku. Kaupun harusnya menjadi orang pertama bersama ibu, yang
kuajak jalan-jalan ke tempat manapun yang kau ingin kunjungi.
Al ; iya.
Ad : Apa kau bangga padaku ? ayah..
Al
: .... Nak, tentu saja.. ayah tentu bangga. Tapi ayah akan lebih bangga
lagi, ketika kau mendo'akan ayah di setiap akhir shalatmu. Hingga ruang
yang ayah tempati sekarang menjadi benderang karena do'amu. Dan ayah
berkata pada para malaikat penjaga, serta amal yang turut serta, "itu
anakku.. do'anya lah yang telah meluaskan dan menerangi tempat ini.."
(senyum).
Ad : iya.. Insya Allah.. Insya Allah selalu kudo'akan..
Ad : Semoga dengan ini kau tahu, bahwa aku sungguh rindu ingin bertemu..
Great.. !!
ReplyDelete