Jam 08:00 pagi, rumah terlihat sepi. Ziya
pasti sudah diantar Umminya sejak satu jam yang lalu. Sejak masuk ke SD,
ziya memang harus pergi lebih awal. Tidak seperti waktu di TK dulu, ia
kerap menungguiku pulang untuk mengantarnya. Tak ada aturan
harus datang tepat waktu di TK. Meski begitu, ziya tampaknya
bersemangat sekolah di tempat yang baru. Tak ada lagi istilah mogok
sekolah seperti dulu. Padahal di SD jam belajarnya lebih lama,
pelajaranpun lebih banyak, kadang aku merasa kasihan juga melihatnya
membawa tas besar dipunggung yang berisi buku-buku lumayan berat. Akan
tetapi rasa kasihan itu menghilang ketika pulang sekolah ziya bercerita
banyak tentang asyiknya bersekolah, tentang teman-temannya, tentang
jajanannya, semua ia ceritakan dengan penuh semangat. Kemarin saja ia
bercerita "abi, ziya disuruh sikat gigi pake pep**dent sama bu guru,
padahal ziya mah ga mau, pepsodent nya mau dikasiin ke orang lain aja"
ujarnya. "memang ziya ga tanya sama bu guru, boleh pake yang lain ga
pasta giginya?" tanyaku. Ziya menggeleng acuh, "ga tau, da kata bu guru
pake pep**dent" jawabnya. Aku baru mengerti ketika membuka tas ziya,
disitu terdapat sikat gigi dan pasta gigi merk pep**dent, sepertinya
dibagi gratis dari sekolah. "Ooh.. ini mah dikasih nak, ga apa2, kita
kan ga beli" kataku. Sepertinya ziya masih ingat ceritaku minggu kemarin
tentang palestin yang dijahati israel, tentang produk2 yang ternyata
buatan israel, serta untuk memboikot produk-produk tersebut. Ziya
menggeleng lagi "ngga ah, ziya mah mau pep**dent nya mau dikasih ke
orang lain aja" tegasnya. Aku mengalah, lalu mengangguk mengiyakan.
Dalam hati ada rasa bangga atas sikap ziya tersebut.
Jam 08:02, aku
baru menyadari bahwa ada yang berbeda dari keadaan di rumah. Tampak
sebuah kertas menempel di pintu kamarku. Didalamnya terlihat gambar
ziya, berikut tulisan-tulisannya. Aku mencoba memahami maksud gambarnya,
membaca tulisannya, lalu tersenyum.. Ziya..ziya.. ada-ada saja anakku
ini..
No comments:
Post a Comment