Nak, kau tahu? Seminggu yang lalu abimu ini menerima sebuah
laporan, ya.. laporan hasil tes psikologi yang kau jalani kurang lebih sebulanan
ke belakang. Bapak yang bersangkutan memberi waktu 10 menit untuk penjelasan
dan konsultasi. Tanpa banyak ba bi bu, laporan tersebut segera dibuka. Hasil
tes yang tertera menunjukkan, pada kolom tes verbal, kata “rendah” mendominasi
setiap barisnya. Aku tersenyum saja melihatnya. Ziya tak pandai dalam berbahasa
adalah sebuah hal yang biasa. Tanpa tes semacam inipun orang bisa melihat bahwa
ziya tipikal anak yang tak banyak berkata-kata. Aku menggeserkan pandangan ke
arah kolom yang lain. Dua baris yang berisikan “tinggi”, terdapat pada kata
Picture Completion, dan Block Design. Aku pun langsung bertanya maksud dari
kata tersebut.
Nak, bapak yang memberikan laporan ini menjelaskan, katanya
kau berpotensi besar dalam kedua hal tersebut. Kau mampu melihat sesuatu gambar
secara detail, menyadari apa yang berbeda dari gambar tersebut, dan bisa
menunjukkan apa-apa saja yang hilang ketika diberikan gambar yang nyaris sama.
Ya, mungkin ini jawaban atas kata-katamu yang terkadang mengejutkan. “abi, ko itu
di tivi laki-laki pake anting ya, kayak perempuan?” ujarmu waktu itu. “mana? O iya..
aneh ya..” jawabku. “ini mah baju sofia nya aneh, harusnya ada bulet-bulet
kecil di sini” katamu sembari menunjuk gambar di majalah. “o ya??” kataku balik
bertanya. Hmph… Picture Completion..
Yang kedua, bapak dihadapan abi kembali menjelaskan, katanya
kau memiliki kecerdasan dalam menyusun kembali balok sesuai dengan gambar yang
diinstruksikan. “maksudnya meniru?” tanyaku yang langsung dijawab oleh bapak
tersebut dengan sebuah anggukan. Hmm.. setahuku ziya memang bisa meniru gambar,
meski belum sempurna, namun hampir semua detail yang ada bisa ziya pasangkan
semua. Tapi balok? Ziya di rumah jarang sekalii bermain balok. Ia selalu
berkutat dengan kertas-kertas dan crayonnya, terkadang mendandani
boneka-bonekanya, atau mendandani dirinya sendiri dengan kerudung-kerudung
umminya.
Di akhir laporan tertera sebuah nama orang yang
menerbitkannya, diikuti dengan gelar S,Psi dan M.Pd Psikolog yang jelas
tertulis disana. Menambah keyakinanku jika hasil tes ini bukan dikelola oleh
orang sembarang. Sayangnya, setelah hasil ini diterima, lantas muncul
pertanyaan. Metode pengajaran seperti apa yang bisa kuterapkan di rumah? Bagaimana
mensikapi ziya sehari-hari agar potensi kecerdasannya kian melejit? Kebiasaan
apa yang harus ditanamkan sehingga item-item yang rendah tadi bisa ditambah
porsi potensinya?
Batas waktu 10 menit konsultasi berakhir dengan cepat,
menyisakan 1 pertanyaan yang menggantung didalam benak. “Hmph.. abi harus
gimana?”
No comments:
Post a Comment