14/09/2024

Hujan Pertama

Hujan pertama mengguyur bumi. 

Aroma teprikor lembut menyapa hati.

Berbisik, spora-spora sudah dilepaskan ke angkasa. 

Berkelindan dengan kelebat-kelebat bayang, 

serta bahagia yang di masa lalu pernah bersemayam.
 

Sedih, memang.
Sesak, bahkan.

Lihat saja! 

Para perasa justru menyengaja berjalan dibawah hujan. 

Hanya untuk menyamarkan kedua matanya yang juga berlinang.

Dengar saja! 

Para pujangga lirih berdendang diantara genangan. 

Hanya untuk mencari-cari kalimat terus terang, 

yang hingga kini tak pernah jua terutarakan.

 

Bazar Bersama Zhira

Episode Bazar di 17-an kemarin.

Butuh waktu semalaman penuh untuk bisa menjadi seperti ini. Cetak ini, cetak itu. Gunting ini, tempel itu. Membungkus barang satu persatu.
 
Baru tersadar, ketika jarum jam sudah menunjuk ke angka empat. Senada dengan sakit kepala yang kian terasa penat.
 
Dan ketika waktu jualan tiba, anak-anak tampak bersemangat tiada terkira. Kecuali Ziya, sepertinya. Penulis muda itu tetap cool dan santai. Duduk di belakang sembari mengatur uang kembalian.
 
Sedangkan Zahdan, tak hanya melayani pembeli, dia juga bahkan aktif memberi penjelasan. Tentang kartu boboiboy yang langka, buku, serta pilihan-pilihan mobil hotwheel yang ada.
 
Kalau Zhira? Aduh.. Anak yang ini cerewet tiada terkira. Selain berteriak "beli..beli.." ketika ada orang yg lewat. Zhira juga membujuk meminta mainan, stiker, atau gelang yang dijual untuk dia sendiri.
 
"mau atuh, abi.. Yang ini kan lucu.. Warna pink. Warna kesukaan Zhira" ucapnya, dengan raut penu harap dan mata yang dikedip-kedipkan sedemikian rupa.
 
"iyaa.. iyaa" jawabku, menyerah.