19/04/2024

Takjil

Ketika di hadapanku terhidang air dan kurma, 
batin berbisik sekaligus bertanya.
Mereka yang jauh berada disana,
dengan apa menu takjilnya?
 
Tatkala di gelasku terisi kolak,
hati dan jiwaku justru bergolak.
Jika bom Israel tetiba menghantam telak,
akankah mereka mampu mengelak?
 
Disini, di kamar yang tenang ini, 
anakku bisa pulas tertidur.
Setelah sebelumnya berpesan, 
minta dibangunkan sahur.
 
Lantas bagaimana dengan orang-orang disana?
Bukankah ribuan anak-anaknya justru terkubur?
Tertimpa rumah dan gedung yang hancur.
 
Ayah Bundanya tak bisa membangunkan..
Umi Abinya tak bisa memberi pelukan..
 
Bahkan, tak bisa lagi mengusap kepala seperti biasa,
berupaya saling menguatkan dan menjaga.
Mereka hanya bisa menangis dan menjerit jeri.
Menghujani bumi dengan lelehan air mata di pipi.
 
Sekujur langkah terkulai.. 
Sepuluh jemari gemetar.. 
Terus mengais puing demi menemukan sang buah hati.
 
Sosok tubuh mungil berkecamuk dengan memori..
Kepala menggeleng berkali-kali..
berharap peristiwa mengenaskan ini, 
tak lebih dari sekedar mimpi.

No comments:

Post a Comment